RAKYATSULBAR.COM – Perhimpunan Pendidik dan Guru (P2G) merespons wacana libur sekolah sepanjang Ramadan. Menurutnya ada sejumlah hal yang harus dipertimbangkan pemerintah sebelum memutuskan hal tersebut, terutama terkait dampak libur berkepanjangan bagi siswa.
Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim mengatakan, libur berkepanjangan dikhawatirkan akan menambah learning loss. Gap terlalu lama tidak belajar di beberapa negara subtropis yang memiliki musim panas, mereka juga meliburkan siswanya.
Namun dibarengi dengan kegiatan perkemahan atau kursus intensif di luar sekolah. Harus ada persiapan ketika bulan Ramadan tidak sekolah.
Kedua, waktu libur di rumah akan terporsir untuk screentime. Adiksi remaja pada gawai telah menjadi masalah global sekarang. Alih-alih mengisi Ramadan di rumah, yang terjadi anak asyik bermain media sosial internet seharian penuh.
“Jangan sampai libur selama Ramadan menjadi ajang anak lama-lama berselancar di dunia maya, mengakses konten negatif kekerasan, game online, bahkan pornografi,” ucap Satriwan di Jakarta, Jumat, 3 Januari 2025.
Selain itu, siklus kekerasan yang dilakukan remaja pada musim liburan. Ini akan menemukan momentumnya saat libur Ramadan, karena memang banyak kasus tawuran dan kekerasan lainnya terjadi pada musim libur.
“Apalagi Ramadan itu anak-anak remaja berkesempatan keluar malam lebih lama. Bahkan sampai sahur. Ini perlu pengawasan dan pengaturan yang ketat,” lanjutnya.
Di beberapa wilayah Indoenesia, sudah dilarang kegiatan Sahur on The Road, karena seringkali menimbulkan perkelahian dan tindak pidana lainnya.