RAKYATSULBAR.COM – Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji menerangkan angka kasus kekerasan di satuan pendidikan masih sangat tinggi. Setidaknya ditemukan 537 kasus di lembaga pendidikan sepanjang 2024.
Temuan JPPI, kasus kekerasan di dunia pendidikan justru paling banyak terjadi di sekolah. Sebanyak 58 persen kasus yang ada bahkan berada di dalam sekolah.
“Tempat yang paling rawan adalah di dalam sekolah. TKP di dalam sekolah ini mencapai 58 persen,” jelas Ubaid di Jakarta, Jumat 27 Desember 2024.
Sementara kejadian di luar sekolah terdapat 27 persen. Kasus terjadi baik di luar sekolah secara luas seperti di jalan atau lingkungan rumah.
“Sekolah berasrama dan pesantren, yang mestinya pengawasannya bisa dilakukan 24 jam, ternyata ditemukan kasus kekerasan pada anak sejumlah 15 persen terjadi di dalam asrama atau pesantren,” ungkapnya.
Ia menerangkan, kasus di 2024 mengalami lonjakan yang sangat tajam. Setidaknya jika dibandingkan tahun 2023 dengan temuan 285 kasus. “Tahun ini mengalami lonjakan lebih dari 100 persen,” kata Ubaid.
Sebenarnya kenaikan jumlah kasus di 2024 bukanlah yang pertama dalam beberapa tahun terakhir. Sejak tahun 2020, tren kekerasan di satuan pendidikan memang telah mengalami peningkatan.
“Tren kekerasan di dunia pendidikan terus mengalami lonjakan. Tahun 2020 terdapat 91 kasus, naik 142 kasus di 2021, 194 kasus di 2022, 285 kasus di 2023,” pungkasnya.