RAKYATSULBAR.COM – Kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh George Sugama Halim (GSH), anak pemilik Toko Roti dan Kue Lindayes, terhadap karyawati bernama Dwi Ayu Darmawati (DAD), terus menjadi sorotan publik. Kejadian yang berlangsung di cabang Cakung, Jakarta Timur, pada 17 Oktober 2024 itu mendadak viral setelah videonya tersebar di media sosial, memicu gelombang kecaman dan aksi protes.
Senin (16/12/2024) menunjukkan suasana Toko Roti Lindayes di Jalan Raya Penggilingan, Cakung, sepi dari pelanggan. Sejak pukul 12.00 hingga 14.30 WIB, hanya dua pembeli terlihat masuk ke toko yang didominasi warna oranye dan hitam tersebut.
“Setelah kejadian itu, banyak yang resign. Ini ada beberapa karyawan baru yang menggantikan,” ujarnya singkat.
Meski begitu, penjualan disebutnya masih stabil berkat layanan pesan antar dan pedagang keliling yang memakai motor inventaris toko berlogo Lindayes.
Pada pukul 14.45 WIB, suasana tiba-tiba memanas ketika rombongan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) datang menggelar aksi di depan Toko Lindayes. Belasan anggota FSPMI, lengkap dengan atribut seragam dan mobil komando, mengecam keras tindakan kekerasan terhadap karyawati tersebut.
“Kami mengecam keras tindak kekerasan yang dilakukan oleh anak pemilik toko roti Lindayes. Jangan ada lagi kesewenangan terhadap buruh perempuan!” tegas seorang orator menggunakan pengeras suara.
Aksi itu berlangsung singkat, sekitar 10 menit, sebelum rombongan meninggalkan lokasi. Namun, suasana tegang masih terasa di sekitar toko.
Dampak kasus ini turut dirasakan oleh cabang Lindayes di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Toko yang berlokasi di ruko mewah berlantai tiga itu juga mengalami penurunan jumlah pembeli.
Hingga Senin sore pukul 16.00 WIB, hanya satu pembeli yang datang. Seorang pegawai pria, yang baru bekerja selama tiga minggu di sana, membenarkan bahwa penjualan sedang lesu.
“Toko dari pagi buka, tapi baru ada satu pembeli,” ungkapnya.
Kasus ini telah memicu kerugian bagi Toko Roti Lindayes. Selain kehilangan sejumlah pegawai, jumlah pelanggan yang datang langsung ke toko merosot drastis. Aksi boikot dari publik, baik langsung maupun di media sosial, tampaknya menjadi penyebab utama situasi ini.