Inisiatif Borobudur Dalam Mendorong Desa Pariwisata Berkelanjutan

  • Bagikan
Fasilitas taman gasblock di Balkondes Karangrejo (Dok. KOMPAS)

RAKYATSULBAR.COM – Badan Otorita Borobudur (BOB) bersama Indonesia Sustainable Tourism Certificate (ISTC) terus berupaya mendorong pengembangan pariwisata berkelanjutan di desa wisata sekitar Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Borobudur.

Melalui sosialisasi ISTC, mereka memperkenalkan pendekatan pariwisata yang ramah lingkungan, berkualitas, dan berkelanjutan.

Ni Wayan Giri Adnyani, anggota Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan Indonesia sekaligus Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), menyatakan bahwa pariwisata Indonesia kini diarahkan untuk mengikuti tren global.

“Indonesia berupaya menerapkan pariwisata berkualitas dan berkelanjutan agar seiring dengan tren pariwisata yang berkembang,” ujarnya.

Langkah ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2021 tentang Pedoman Pariwisata Berkelanjutan.

Dalam regulasi tersebut, ISTC dibentuk untuk mengawal enam strategi utama, meliputi pengelolaan destinasi, observasi, pemasaran, sertifikasi, pengembangan, manajemen, dan industri pariwisata.

Empat pilar pariwisata berkelanjutan

ISTC menetapkan 174 indikator yang diakui secara internasional oleh Global Sustainable Tourism Council (GSTC). Indikator ini terbagi dalam empat kategori:

  1. Pengelolaan berkelanjutan
  2. Keberlanjutan sosial ekonomi
  3. Keberlanjutan lingkungan
  4. Keberlanjutan budaya

Menurut Fransiskus Xaverius Teguh, Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan Kemenparekraf, pendekatan ini memastikan setiap aspek pengembangan pariwisata tidak hanya meningkatkan ekonomi lokal, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan budaya setempat.

Dampingi 20 desa wisata di DPSP Borobudur

BOB dan ISTC telah mendampingi lebih dari 20 desa wisata di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Desa Wisata Wukirsari, salah satu desa dampingan, bahkan meraih penghargaan Best Tourism Village 2024 oleh UN Tourism.

Desa wisata lainnya seperti Pentingsari, Nglanggeran, Kebonagung, dan Pujon Kidul juga mendapat perhatian khusus. Pendampingan ini mencakup pelatihan, implementasi sertifikasi ISTC, dan pengembangan potensi lokal agar sesuai dengan standar internasional.

Direktur Destinasi Pariwisata BOB, Neysa Amelia, menegaskan pentingnya penerapan pariwisata berkelanjutan untuk mendukung kemajuan desa wisata.

“Diharapkan desa-desa wisata ini mampu menerapkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan sehingga semakin maju dan menyejahterakan masyarakat di wilayah DPSP Borobudur,” ujarnya.

Upaya ini juga berkontribusi pada posisi Indonesia di tingkat global, di mana negara ini menduduki peringkat ke-22 dalam Travel and Tourism Development Index (TTDI).

Melalui kolaborasi ini, ia berharap desa-desa wisata di sekitar Borobudur dapat dijadikan contoh nyata penerapan pariwisata berkelanjutan yang memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

  • Bagikan