RAKYATSULBAR.COM – Puncak Jaya, Papua Kerusuhan yang terjadi di Puncak Jaya, Papua, pada Rabu (27/11) lalu, telah menimbulkan dampak yang signifikan bagi masyarakat setempat. Bentrokan antara pendukung calon bupati mengakibatkan 40 rumah terbakar dan 94 orang terluka akibat serangan panah. Insiden ini merupakan bagian dari ketegangan yang meningkat menjelang pemilihan kepala daerah di wilayah tersebut.
Kerusuhan bermula pada pagi hari ketika salah satu kelompok pendukung pasangan calon bupati dilaporkan membawa kabur kotak suara dari beberapa kampung. Aksi ini memicu kemarahan kelompok pendukung calon lainnya yang merasa dirugikan.
Ketegangan mulai meningkat ketika kedua kelompok saling berhadapan. Saling tuduh dan provokasi terjadi di antara mereka, menciptakan suasana yang semakin tidak kondusif.
Situasi memanas ketika kedua kelompok terlibat dalam aksi saling serang menggunakan senjata tradisional, termasuk panah dan batu. Bentrokan terjadi di sekitar Perempatan Kios Jimmy hingga Kompleks Kuburan, dengan masing-masing pihak berusaha mempertahankan posisi mereka.
Dalam kekacauan tersebut, massa mulai membakar rumah-rumah pendukung lawan. Sebanyak 40 rumah dilaporkan hangus terbakar, termasuk sebuah honai (rumah adat Papua) yang menjadi simbol budaya setempat. Pembakaran ini menambah kepanikan di kalangan warga yang tidak terlibat dalam konflik.
Menyadari situasi semakin tidak terkendali, aparat gabungan TNI-Polri dikerahkan ke lokasi untuk melerai kerusuhan. Namun, meskipun upaya tersebut dilakukan, situasi tetap tegang hingga sore hari dengan beberapa titik masih mengalami bentrokan.
Evakuasi dan Penanganan Korban: Tim medis segera dikerahkan untuk menangani korban luka-luka akibat serangan. Sebagian besar korban mengalami luka akibat panah dan bentrokan fisik. Warga yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka juga mendapatkan perhatian dari pihak berwenang untuk memastikan keselamatan mereka.
94 orang lainnya menderita luka-luka dengan berbagai tingkat keparahan. Selain korban fisik, banyak warga yang mengalami trauma psikologis akibat kekerasan yang terjadi di lingkungan mereka. Situasi ini juga menyebabkan ketidakpastian dan ketakutan di kalangan masyarakat setempat mengenai keamanan mereka di masa depan.
Pihak kepolisian setempat telah meningkatkan pengamanan di daerah tersebut untuk mencegah bentrokan lebih lanjut. Mereka melakukan patroli intensif dan mendirikan pos-pos keamanan di titik-titik strategis untuk menjaga ketertiban umum. Selain itu, pihak kepolisian juga melakukan penyelidikan mendalam untuk menangkap pelaku kekerasan dan memastikan bahwa mereka yang terlibat dalam pembakaran rumah dapat dimintai pertanggungjawaban.