RAKYATSULBAR.COM – Bali, yang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata terpopuler di dunia, menghadapi tantangan besar dalam hal pengelolaan arus wisatawan.
Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana menegaskan bahwa masalah utama pariwisata di Bali bukanlah jumlah wisatawan yang berlebihan, melainkan persebaran yang tidak merata. Kebanyakan wisatawan terpusat di Bali bagian selatan, sementara kawasan utara dan barat yang memiliki potensi besar masih kurang dikenal.
Dalam keterangannya pada Jumat (22/11/2024), Menpar Widiyanti menjelaskan bahwa Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus berupaya mengatasi tantangan ini, sebagaimana yang disoroti dalam daftar No. List 2025 oleh Fodor’s.
Selama ini, perhatian wisatawan lebih terfokus pada atraksi-atraksi terkenal di bagian selatan, seperti Kuta, Seminyak, dan Nusa Dua. Hal ini menyebabkan penumpukan wisatawan di area tersebut, sementara banyak tempat indah lainnya di Bali.
Dalam upaya menangani masalah ini, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) meluncurkan inisiatif baru berupa paket wisata 3B, yang mengintegrasikan Banyuwangi, Bali Barat, dan Bali Utara. Paket ini diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk menjelajahi lebih banyak destinasi yang menawarkan keindahan alam dan budaya yang kaya. Kemenpar juga berupaya untuk mempromosikan destinasi di Bali Utara, seperti Desa Wisata Les dan Taman Nasional Bali Barat, yang terkenal dengan keanekaragaman hayatinya.
Para wisatawan bisa menikmati pengalaman unik dengan berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal, serta mengeksplorasi keindahan alam yang belum banyak dijamah. Dengan melibatkan komunitas lokal dan media, Kemenpar berharap dapat mengubah pola kunjungan wisatawan dan mendistribusikan arus wisata ke seluruh Bali secara lebih merata.
Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur, Hariyanto, menyatakan bahwa Kemenpar berkomitmen mengembangkan kebijakan pariwisata yang berkelanjutan. Upaya ini mencakup perlindungan budaya, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat Bali.
“Kami meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah, pelaku industri pariwisata, dan masyarakat setempat untuk mengatasi isu seperti pengelolaan sampah, polusi, dan tekanan sosial akibat pariwisata,” jelas Hariyanto dikutip dari laman Kemenparekraf.
Selain itu, Kemenpar juga menerapkan konsep manajemen destinasi dengan mendistribusikan wisatawan ke berbagai belahan Bali dan ke lima Destinasi Super Prioritas (DPSP) lainnya, yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang.
Langkah tegas juga diambil untuk menangani wisatawan yang melanggar hukum atau adat, termasuk penyalahgunaan visa. Sementara itu, promosi pariwisata berbasis masyarakat dan edukasi kepada wisatawan mengenai pentingnya menjaga budaya serta keberlanjutan lingkungan terus digencarkan.
Dengan berbagai inisiatif ini, Menpar Widiyanti optimistis pariwisata Bali dapat berkembang lebih merata dan berkelanjutan, sehingga memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat lokal serta mendukung kelestarian budaya dan alam Bali.