Kesepian, Kalangan Muda China Pilih Ngobrol ketimbang Liburan

  • Bagikan
Ilustrasi kesepian. Anak muda di China mengalami kesepian hingga pilih layanan ngobrol berbayar. (Pexels)

RAKYATSULBAR.COM – Di tengah maraknya tren liburan dan gaya hidup hedonis, sejumlah anak muda di China justru rela mengeluarkan uang bukan untuk bepergian, tetapi untuk mencari teman bicara. Kesepian yang semakin meluas mendorong mereka membayar orang asing untuk sekadar mengobrol melalui ponsel.

Dalam beberapa tahun terakhir, platform media sosial di China, seperti Xiaohongshu, telah menjadi tempat bagi banyak orang untuk menawarkan jasa percakapan berbayar. Dengan menggunakan tagar “teman mengobrol,” para pengguna mencari orang asing yang bersedia berbicara dengan mereka untuk mengatasi rasa kesepian yang mereka alami.

Salah satu unggahan yang menggunakan tagar ini menyebutkan, “Apakah ada orang yang bisa diajak mengobrol? Saya akan membayar berapa pun,” yang langsung mendapat banyak balasan dari orang yang menawarkan diri untuk mengobrol.

Tagar tersebut telah mendapatkan jutaan tampilan, mencerminkan meningkatnya kesediaan masyarakat China untuk membayar demi mendapatkan percakapan manusia yang bisa menghilangkan kesepian, sebagaimana dilansir dari laman South China Morning Post, Minggu (17/11/2024)

Populasi Lajang China Sangat Besar

Ilustrasi (Freepik)

Fenomona ini disebut sebagai bentuk “konsumsi emosional,” yang semakin diminati seiring dengan meningkatnya jumlah individu yang merasa terisolasi, terutama di kalangan anak muda.

Menurut Wang Pan, seorang profesor studi China di University of New South Wales, fenomena ini adalah respons terhadap perubahan demografi di China. Berdasarkan sensus terbaru, ada sekitar 134 juta orang di China yang berusia 20 hingga 49 tahun dan belum menikah, lebih banyak daripada seluruh populasi Jepang.

Angka pernikahan yang terus menurun dan peningkatan populasi lajang menjadi faktor utama berkembangnya industri “persahabatan”.

Seiring dengan krisis pernikahan yang melanda China, para lajang mencari cara untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka. Hal ini menciptakan peluang bisnis bagi industri persahabatan, mulai dari percakapan online dengan orang asing hingga permainan peran virtual.

“China menjadi semakin kesepian, sehingga orang-orang memiliki keinginan yang kuat untuk mendapatkan cinta, keintiman, dan kedekatan,” kata Wang.

“Hal ini menciptakan ruang untuk pertumbuhan bisnis ‘persahabatan’ dan ditambah lagi, ini adalah bisnis yang menguntungkan.” tambah dia.

Tarif Ngobrol Berbayar

Ilustrasi kesepian. Kesepian adalah perasaan sendiri atau terputus dari orang lain. Ini bisa memengaruhi kesehatan fisik dan mental, meliputi hipertensi dan demensia.
Ilustrasi (Unsplash)

Penyedia jasa percakapan berbayar di platform seperti Xiaohongshu menawarkan tarif mulai dari 8 yuan hingga lebih dari 50 yuan (Rp 17.525 hingga Rp 109.535) untuk percakapan selama 30 menit.

Beberapa orang, seperti Li Shuying, seorang mahasiswi berusia 18 tahun yang menawarkan layanan ini, mengatakan bahwa ia hanya ingin mendapatkan uang dengan cara yang mudah dan tidak merepotkan. Meskipun sebagian besar permintaan berasal dari pria, Li juga pernah berbicara dengan seorang remaja perempuan yang hanya ingin melampiaskan kekesalannya.

Bagi para pengguna yang merasa kesepian, percakapan ini menawarkan rasa dekat, meskipun hanya secara virtual. Hal ini dinilai mencerminkan semakin terputusnya hubungan di masyarakat China, yang menurut Wang, menjadi lebih beragam dan semakin dikomersialkan.

Selain itu, hal ini juga dinilai menunjukkan bahwa industri persahabatan berbayar akan terus berkembang, memenuhi kebutuhan demografi yang merasa terisolasi, terutama jika angka pernikahan terus menurun.

Ke depan, Wang memprediksi bahwa lebih banyak produk dan layanan akan dikembangkan untuk memenuhi permintaan akan persahabatan, memperkuat potensi ekonomi “persahabatan” yang semakin besar di China.

  • Bagikan