RAKYATSULBAR.COM – China ingin berlomba dengan Amerika Serikat (AS) dalam hal roket luar angkasa yang bisa digunakan kembali (reusable). Baru-baru ini, kontraktor ruang angkasa China merilis konsep roket pendorong ke luar angkasa yang bisa kembali ke Bumi, dan digunakan kembali untuk peluncuran berikutnya.
Konsep roket ini dinamai Long March 9, dan dipamerkan di Zhuhai Airshow di provinsi Guangdong, November 12 lalu. Roket ini dirancang untuk dapat kembali ke Bumi setelah digunakan, mirip dengan roket Starship dan Raptor yang dikembangkan oleh perusahaan SpaceX milik Elon Musk.
Long March 9 sendiri memiliki panjang 114 meter dengan roket tahap pertama yang dapat digunakan kembali, menggunakan 30 mesin YF-215 berbahan bakar metana dan oksigen cair, mirip dengan mesin roket Raptor buatan SpaceX.
Perusahaan kontraktor tersebut juga merilis sebuah video animasi dari Long March 9 yang menunjukkan bagian roket tahap satu yang memiliki sirip kisi yang dapat membuka, mirip dengan roket buatan SpaceX.
Roket tahap duanya juga memiliki desain milik Starship buatan SpaceX, dengan posisi flap aerodinamis yang serupa juga.
Bagian video lain menunjukkan bagian atas roket (upper-stage) yang melakukan manuver “belly flop” saat memasuki atmosfer Bumi, dan mendarat secara vertikal menggunakan tenaga pendorong roket.
“Roket pengangkat berat ini memiliki kapasitas 100 ton ke orbit Bumi rendah dan 50 ton ke orbit transfer bulan,” ujar Chen Ziyu, desainer di China Academy of Launch Vehicle Technology (CALT), yang di bawah naungan China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC).
“Ini memenuhi persyaratan peluncuran berbagai misi luar angkasa, dari orbit Bumi rendah hingga eksplorasi ruang angkasa yang dalam,” lanjutnya, dikutip dari SpaceNews, Selasa (19/11/2024).
Chen menjelaskan bahwa pengembangan Long March 9 dilakukan dalam dua tahap: pertama adalah model pengangkat berat untuk memperluas akses ke luar angkasa, sementara tahap kedua adalah versi yang sepenuhnya dapat digunakan kembali, bertujuan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan frekuensi peluncuran.
“Tujuan utama kami adalah memiliki konfigurasi dua tahap yang (roketnya) dapat digunakan kembali sepenuhnya. Dan konfigurasi yang berbeda dapat disesuaikan dengan kebutuhan peluncuran misi ke orbit yang berbeda,” kata Chen.
China telah mengerjakan roket pengangkat super berat selama beberapa tahun, tetapi desainnya telah berubah beberapa kali.
Desain dan model untuk Long March 9 CALT telah berevolusi dari sebelumnya, dimana roket dengan diameter pendorong 10 meter berbahan bakar kerosen, menjadi empat pendorong samping dengan diameter 5 meter berbahan bakar metana.
China juga berencana untuk membangun setidaknya dua megakonstelasi satelit orbit rendah Bumi yang masing-masing terdiri dari sekitar 13.000 satelit.
Long March 9 yang dapat digunakan untuk misi ini karena kapasitas muatannya yang tinggi, seperti halnya SpaceX yang berencana untuk menggunakan Starship-nya untuk menempatkan satelit Starlink ke orbit.
Dengan pengembangan yang terus berlanjut dan teknologi yang semakin canggih, China berusaha untuk mewujudkan ambisi luar angkasanya dan bersaing secara langsung dengan perusahaan-perusahaan seperti SpaceX.
Peluncuran Long March 9 menunjukkan bahwa China berkomitmen untuk menjadi pemain utama dalam eksplorasi luar angkasa global, dan menarik perhatian dunia terhadap kemajuan teknologi roketnya.