Miris, Pria “Pengidap Kanker” Pakai Uang Donasi Buat Beli Rumah

  • Bagikan
Ilustrasi (iStock)

RAKYATSULBAR.COM – Kasus penyalahgunaan donasi kembali mencuat ke permukaan, kali ini melibatkan seorang pria bernama Lan dari Yichang, Hubei, China. Pria berusia 29 tahun ini memicu kontroversi setelah menggunakan uang hasil penggalangan donasi untuk membeli rumah senilai 738.000 Yuan (sekitar Rp 1,6 miliar).

Kecurigaan muncul pada 6 November saat Lan membagikan foto flat baru yang ia beli seharga 738.000 Yuan. Para donatur merasa tindakan tersebut adalah aksi tak wajar dan tidak sesuai tujuan awal penggalangan donasi. Platform crowdfunding yang digunakan pun akhirnya menutup salurannya sehari setelah gambar itu viral.  

Investigasi lebih lanjut mengungkap bahwa Lan menyembunyikan aset keluarganya yang sebenarnya, termasuk beberapa properti senilai jutaan Yuan. Berikut RakyatSulbar merangkum kisah viralnya melansir dari South China Morning Post, Senin (18/11/2024)

Kisah Penuh Simpati dan Palsu

Pria berusia 29 tahun ini memulai kampanye donasi pada 14 Oktober melalui platform crowdfunding (penggalangan dana) populer di Tiongkok. Ia mengaku membutuhkan 900.000 yuan (Rp 1.9 miliar) untuk pengobatan limfoma Hodgkin, kanker langka yang dideritanya. Dalam beberapa hari, kampanyenya viral dan berhasil mengumpulkan lebih dari 700.000 yuan (Rp 1.5 miliar)  

Ilustrasi (Adobe Stock)

Kisah Lan mengundang simpati publik setelah ia menceritakan latar belakangnya sebagai lulusan Universitas Nanjing. Ia juga mengklaim kondisi keluarganya terpuruk secara finansial akibat biaya pengobatan ayahnya. Untuk meyakinkan donatur, Lan bahkan membagikan sertifikat medis resmi dan video dokumentasi pribadi.  

Menurut seorang teman, “Kampanye Lan tersebar luas di grup alumni dan media sosial. Orang-orang percaya ini adalah kebutuhan mendesak.” Namun, kepercayaan tersebut mulai goyah setelah tindakan tak wajar Lan terungkap.  

Langsung Pamer Rumah Miliaran

Kecurigaan terhadap Lan mencuat setelah ia membagikan foto flat baru seharga 738.000 yuan (Rp 1.6 miliar) di grup percakapan pada 6 November. Tindakan ini dianggap menyimpang dari tujuan awal kampanye donasi. Para donatur yang sebelumnya simpati mulai mempertanyakan transparansi penggunaan dana.  

Ilustrasi (realestate.com.au)

Beberapa informasi menunjukkan bahwa keluarga Lan sebenarnya memiliki aset properti senilai jutaan yuan. Hal ini bertentangan dengan klaim bahwa keluarganya terpuruk secara finansial. Salah satu donatur berkata, “Ini membuat kami merasa dibohongi. Orang seperti ini merusak kepercayaan publik pada penggalangan dana.”  

Pihak platform crowdfunding akhirnya memutuskan menutup saluran donasi Lan sehari setelah gambar flat itu viral. Semua dana yang terkumpul dikembalikan kepada donatur untuk menghindari kerugian lebih lanjut. 

Aturan Penggalangan Dana yang Bikin Resah

Kasus Lan memicu diskusi tentang pentingnya transparansi dalam penggalangan dana online. Menurut pernyataan resmi platform crowdfunding, seluruh dana sebesar Rp 611 juta telah dipulihkan dan dikembalikan kepada donatur. Lan juga dilarang secara permanen dari menggunakan layanan tersebut.  

Juru bicara platform menyatakan, “Kami memiliki aturan ketat untuk memastikan bahwa setiap kampanye bersifat transparan. Penyalahgunaan seperti ini sangat merugikan mereka yang benar-benar membutuhkan.” Langkah tegas ini diambil untuk menjaga kepercayaan publik terhadap sistem donasi daring.  

Insiden ini menjadi pelajaran penting bagi masyarakat agar lebih kritis sebelum berdonasi. Seorang netizen menulis, “Ini alasan saya berhenti berdonasi di platform. Kita tidak pernah tahu apakah penerima benar-benar butuh atau hanya memanfaatkan belas kasihan orang.”  

  • Bagikan