RAKYATSULBAR.COM – Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) akan meluncurkan program Normalisasi Ekowisata Bromo, yang direncanakan berlangsung selama sepuluh tahun, dari tahun 2025-2034. Program ini disebut-sebut akan menghadirkan wajah baru kawasan Gunung Bromo.
Kepala BB TNBTS, Rudijanta Tjahja Nugraha mengatakan ada beberapa rencana rehabilitasi dalam program New Bromo tersebut, baik infrastruktur maupun pengelolaan. Salah satu fokus utama dari program ini adalah perbaikan infrastruktur. BB TNBTS berencana untuk menata ulang jalur akses ilegal di kawasan Kaldera, mulai dari Lembah Watangan hingga lautan pasir.
“Jalan-jalan yang banyak bersimpangan di kawasan itu, nantinya akan kami rapikan menjadi satu jalur, yakni Jalan Lingkar Kaldera Tengger,” ungkapnya saat ditemui, Rabu (13/11/2024).
Tampak dalam site plan New Bromo, sepanjang Jalan Lingkar Kaldera Tengger akan dipasang pagar pembatas. Rencana pembangunan Jalan Lingkar Kaldera Tengger itu bertujuan untuk mencegah degradasi lingkungan akibat faktor manusia, memulihkan ekosistem yang disebabkan oleh kendaraan yang membuat jalur atau parkir illegal, serta dalam rangka penataan ruang terpadu.
“Kondisi existing jalan selama ini kurang memadai, sering terjadi kubangan di beberapa titik ketika hujan akibat banyak jalur ilegal. Sering terjadi aliran sungai dari kaldera Gunung Bromo, serta melihat area laut pasir di sekitar tebing pegunungan didominasi oleh jenis tanah kwarter muda,” jelasnya.
Selain itu, kios-kios usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berada di kawasan lautan pasir akan direlokasi ke dalam satu bangunan yang lebih teratur, menyerupai pusat kuliner. Rencana ini termasuk pembangunan area parkir yang lebih terencana untuk kendaraan jeep serta transportasi kuda yang digunakan wisatawan.
“Di kawasan itu, nanti juga akan dibangun area parkir baik untuk kendaraan jeep sekaligus untuk alat transportasi wisata kuda,” bebernya.
Dalam hal pengelolaan kunjungan, BB TNBTS akan menerapkan batasan kuota bagi wisatawan yang ingin mengunjungi kawasan Gunung Bromo dan jalur pendakian Gunung Semeru.
Rinciannya, kunjungan wisata ke kawasan Lemah Pasar sebanyak 116 orang per hari, Bukit Kedaluh 402 orang per hari, Mentigen 206 orang per hari, Penanjakan 832 orang per hari, dan Lembah Watangan 1196 orang per hari.
“Sedangkan kuota pendakian, ke Ranu Regulo 300 orang per hari, Semeru 600 orang per hari,” ujarnya.
Program New Bromo secara umum dilakukan dalam rangka mempertahankan nilai budaya Tengger dalam pengelolaan TNBTS, memulihkan kondisi biofisik Laut Pasir dan Savana atau padang rumput pada Kaldera Tengger.
Selain itu, tujuannya untuk memulihkan ekosistem hutan pegunungan yang terganggu, memulihkan kondisi fisik dan fungsi danau Ranupani, dan mempertahankan kondisi 4 danau lainnya, serta mempertahankan keberadaan 3 spesies kunci di kawasan Gunung Bromo,
“Tiga spesies kunci Gunung Bromo itu yakni Elang Jawa, Macan Tutul, dan Lutung Jawa,” pungkasnya.