RAKYATSULBAR.COM – Lukisan pertama di dunia yang dibuat oleh robot humanoid berbasis teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), terjual 1,08 juta dollar AS (sekitar Rp 17 miliar). Karya itu dijual dalam sebuah acara lelang yang digelar Sotheby’s di New York, AS. Sotheby’s merupakan perusahaan kenamaan yang kerap mengadakan lelang untuk karya seni dan perhiasan
Harga penjualan lukisan ini jauh melampaui ekspektasi pra-penjualan, yang sebelumnya diperkirakan laku di kisaran angka 120.000 hingga 180.000 dollar AS (sekitar Rp1,8 miliar hingga Rp2,8 miliar). Pihak Sotheby’s mengatakan, lukisan ini sebelumnya menerima 27 tawaran lelang sampai akhirnya laku Rp 17 miliar.
“Rekor penjualan hari ini untuk karya seni pertama yang dibuat oleh robot humanoid dan masuk pelelangan, menjadi tonggak sejarah seni kontemporer modern yang merefleksikan perkembangan teknologi AI dan pasar seni global.” kata pihak Sotheby’s, dihimpun dari Gizmodo, Kamis (14/11/2024).
Lukisan yang bertajuk “AI God” ini menggambarkan portrait Alan Turing, seorang matematikawan asal Inggris, yang juga dikenal sebagai kriptanalis atau pemecah kode legendaris dalam sejarah. Tinggi lukisan ini sekitar 2,2 meter.
Menurut Sotheby’s, karya ini tidak hanya memotret sosok Alan Turing, namun juga menggambarkan eksplorasi dampak teknologi yang lebih luas dan transformatif, terhadap identitas dan kreativitas manusia.
Karya Bernama “Ai-Da”
Lukisan “AI God” dibuat oleh robot humanoid AI bernama “Ai-Da”. Robot seniman ini dirancang oleh Aidan Meller, seorang spesialis seni modern dan kontemporer. Dalam membuat Ai-Da, Meller bekerja sama dengan ahli AI dari Universitas Oxford dan Birmingham.
Melansir laman resmi ai-darobot, Ai-Da dideksripsikan sebagai robot ultra-realistis pertama di dunia yang dirancang menyerupai seorang wanita. Nama Robot ini terinspirasi dari Ada Lovelace, yang dikenal sebagai programmer komputer pertama di dunia.
Untuk membuat lukisan, Ai-Da menggambar berdasarkan data yang terekam dari kamera di matanya. Hal ini sangat berbeda dengan seniman manusia yang menuangkan imajinasinya dalam kanvas.
Apa yang dilihat Ai-Da kemudian diproses melalui algoritma AI. Dengan bantuan teknologi tersebut, Ai-Da mampu menentukan gaya, warna, dan tekstur yang akan digunakan dalam karyanya. Setelah itu, lengan robotiknya bekerja untuk menuangkan hasil pemrosesan tersebut ke dalam bentuk lukisan.
“Saya suka melukis apa yang saya lihat. Anda bisa melukis dari imajinasi, jika Anda memilikinya,” respons robot Ai-Da saat menjawab pertanyaan dalam wawancara dengan The Guardian sebelumnya.
Sementara itu, Meller, perancang robot Ai-Da mengatakan karya ini bisa menjadi katalisator dialog tentang teknologi yang terus berkembang.
“Seniman-seniman terbaik dalam sejarah bergulat dengan masa mereka, merayakan sekaligus mempertanyakan dinamika masyarakat. Robot Ai-Da, adalah seniman yang tepat saat ini untuk membahas dinamika terkini dengan teknologi serta warisannya yang terus berkembang,” kata Meller, dirangkum dari outlet media Barron.