RAKYATSULBAR.COM – Drama BL Indonesia Eternal Shadows menuai banyak perhatian namun juga kontroversi yang cukup besar di kalangan netizen. Tema Boys’ Love (BL) yang diangkat oleh drama ini dianggap tidak lazim bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, yang masih didominasi pandangan konservatif. Meskipun kisah cinta sesama jenis semakin diterima dalam media internasional, di Indonesia, drama seperti ini sering menimbulkan ketegangan antara nilai-nilai sosial tradisional dan tren global yang lebih terbuka terhadap keberagaman orientasi seksual.
Sebagian besar kritikus dan netizen yang berkomentar negatif merasa bahwa produksi seperti Eternal Shadows dianggap terlalu jauh dari budaya lokal dan bahkan bisa mempengaruhi persepsi generasi muda. Bagi mereka, penggambaran romansa sesama jenis dianggap tidak sejalan dengan norma agama serta pandangan tradisional yang kuat dalam budaya Indonesia. Kritik lain muncul karena drama ini dianggap mengambil gaya dan tema yang terlalu mirip dengan BL produksi luar negeri, seperti Korea dan Thailand, sehingga dianggap sebagai pengaruh budaya asing yang bisa merusak identitas lokal.
Perdebatan di media sosial pun semakin ramai karena ada kelompok yang merasa bahwa keberadaan drama ini justru sebagai bentuk kampanye nilai-nilai tertentu yang dianggap kontroversial. Mereka khawatir bahwa konten seperti ini bisa normalisasi atau memberikan persepsi bahwa hubungan sesama jenis adalah hal yang biasa, sesuatu yang masih sulit diterima secara luas di Indonesia. Di sisi lain, para pendukungnya menekankan pentingnya keberagaman cerita dalam media, mengingat bahwa kaum LGBTQ+ juga adalah bagian dari masyarakat yang pantas mendapatkan representasi di layar kaca.
Reaksi negatif ini menggambarkan bahwa produksi lokal yang mengangkat tema-tema sensitif masih menghadapi tantangan besar di Indonesia. Drama Eternal Shadows membuka diskusi mengenai batasan antara mengikuti perkembangan tren global dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang dianggap penting oleh sebagian besar masyarakat.