RAKYATSULBAR.COM – Aktivitas bandara di Asia Tenggara mengalami peningkatan yang signifikan pada bulan Oktober 2024. Menurut data terbaru dari OAG Aviation, penyedia informasi perjalanan global, jumlah kursi penerbangan yang tersedia di kawasan ini mencapai 38,6 juta, meningkat sebesar 7,3 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu, meskipun masih 13,1 persen di bawah jumlah kursi sebelum pandemi Covid-19 pada Oktober 2019.
Bandara Soekarno-Hatta yang terletak di Jakarta (CGK) kini berada di peringkat kedua dalam daftar sepuluh bandara tersibuk di kawasan ini. Dengan total 3,6 juta kursi penerbangan, bandara ini hanya tertinggal sekitar 39.700 kursi dari Bandara Internasional Changi di Singapura yang menduduki posisi teratas dengan 3,64 juta kursi.
Indonesia berhasil menempatkan tiga bandara dalam daftar tersebut, yaitu Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Ngurah Rai di Bali, dan Bandara Sultan Hasanuddin di Makassar. Bandara Ngurah Rai mencatatkan 1,38 juta kursi, sementara Sultan Hasanuddin mencapai 1,24 juta kursi pada bulan Oktober 2024.
Berikut adalah daftar sepuluh bandara tersibuk di Asia Tenggara menurut OAG Aviation untuk bulan Oktober 2024:
- Bandara Internasional Changi, Singapura – 3.647.002 kursi
- Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Indonesia – 3.607.351 kursi
- Bandara Internasional Suvarnabhumi, Thailand – 3.170.876 kursi
- Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia – 3.017.943 kursi
- Bandara Internasional Ninoy Aquino, Filipina – 2.630.136 kursi
- Bandara Internasional Tan Son Nhat, Vietnam – 1.952.574 kursi
- Bandara Internasional Don Mueang, Thailand – 1.693.195 kursi
- Bandara Internasional Hanoi, Vietnam – 1.511.025 kursi
- Bandara Internasional Ngurah Rai, Indonesia – 1.387.706 kursi
- Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Indonesia – 1.246.011 kursi
Data ini menunjukkan adanya kebangkitan aktivitas perjalanan udara di Asia Tenggara, dengan banyak bandara yang berusaha mengejar ketertinggalan pasca-pandemi. Keberadaan tiga bandara Indonesia dalam daftar ini menegaskan bahwa mobilitas domestik dan sektor pariwisata tetap menjadi pilar penting dalam pemulihan industri penerbangan di kawasan ini.