RAKYATSULBAR.COM – Dalam industri internet, masalah “last-mile” menjadi tantangan yang signifikan, di mana jutaan orang dan bisnis tidak dapat mengakses broadband karena kurangnya infrastruktur yang menghubungkan mereka ke jaringan utama. Infrastruktur ini, yang bisa mencakup jarak beberapa ratus kaki hingga beberapa mil, sering kali terlalu mahal atau sulit untuk dibangun, terutama di daerah pedesaan.
Salah satu solusi yang mungkin adalah teknologi free-space optics (FSO), yang memanfaatkan laser untuk mentransfer data melalui udara. Teknologi ini, yang dipelopori oleh NASA pada tahun 1960-an, memiliki potensi besar untuk mengubah infrastruktur internet. Namun, tantangan cuaca seperti kabut dan hujan sering kali menghalangi sinyal, dan juga memerlukan garis pandang yang jelas antara pemancar dan penerima.
Perusahaan yang berbasis di Virginia, Attochron, mengklaim siap untuk meluncurkan versi baru dari teknologi ini setelah lebih dari 20 tahun pengembangan. Attochron baru-baru ini menyelesaikan putaran pendanaan sebesar $15 juta dan telah memulai produksi rendah untuk perangkat keras utamanya, ALTIS-7, yang dirancang mirip dengan kamera keamanan. Dalam uji coba dengan perusahaan telekomunikasi, Lumen dan retailer Fortune 200, Attochron berhasil menunjukkan kemampuan teknologinya dengan kecepatan mencapai 10 Gigabit per detik.
CEO Attochron, Tom Chaffee, menjelaskan bahwa teknologi mereka memperkenalkan dua inovasi utama: penggunaan gelombang cahaya yang sangat pendek dan spektrum cahaya yang lebih luas untuk meningkatkan stabilitas sinyal. Dengan sekitar 60 hingga 70 paten yang telah disetujui dan 200 lebih yang sedang diproses, Attochron berusaha untuk berhasil di pasar yang sebelumnya gagal dijangkau oleh perusahaan lain.
“Ini merupakan terobosan besar Attochron,” kata Chaffee. saat diwawancarai oleh CNN, Kamis lalu (10/10/2024).
Chaffee menekankan bahwa keunggulan dari teknologi laser ini adalah biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan pemasangan kabel fiber optic. Paket perangkat keras Attochron diperkirakan seharga $30,000 untuk koneksi 10 Gigabit, jauh lebih murah dibandingkan biaya pemasangan kabel fiber yang bisa mencapai hingga $1 juta. Selain itu, perangkat transmitternya tidak memerlukan proses regulasi yang rumit, memungkinkan pemasangan yang lebih cepat.
Sasarannya bukan hanya pada konektivitas bisnis, tetapi juga mencakup sektor militer dan situasi di mana kapasitas radio terbatas. Meskipun ada tantangan teknis yang harus diatasi, para ahli percaya bahwa teknologi ini memiliki potensi yang signifikan. Chaffee menegaskan bahwa Attochron tidak berupaya menggantikan teknologi yang ada, melainkan menjadi teknologi yang melengkapi infrastruktur yang sudah ada, menawarkan solusi yang inovatif untuk mengatasi masalah konektivitas internet, terutama di daerah yang kurang terlayani.