Menurut dia, Makassar sebagai kota metropolitan sangat rentan dengan persoalan gender dan anak. Banyaknya kekerasan terhadap perempuan dan isu-isu perlindungan anak patut dikapitalisasi oleh kandidat.
Asratillah mengatakan, salah satu figur yang mulai mengelola isu perempuan adalah Indira Jusuf Ismail. Kegiatan Senam Ininnawa yang digelar beberapa pekan lalu salah satu strategi tersendiri. Acara itu sukses mendatangkan kalangan ibu-ibu untuk senam sehat bersama.
“Publik menunggu pergerakan Aliyah dan Rezki untuk mengelola isu-isu tentang perempuan,” ujar Asratillah.
Mengenai jejaring elektorat, ketiga figur itu cukup diperhitungkan. Aliyah Mustika, misalnya, menjadi anggota DPR RI dua periode berturut-turut. Pada Pemilu lalu, meski istri mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin itu mengantongi suara lebih 20 ribu, namun gagal kembali duduk di Senayan.
“Tapi, jumlah itu sangat signifikan untuk dijadikan modal maju di Pilwali Makassar,” imbuh Asratillah.
Sedangkan, Rezky sudah membuktikan punya basis massa yang riil dalam dua pemilu terakhir yang selalu lolos ke DPRD Sulawesi Selatan. Suara mayoritas di internal caleg NasDem berasal dari daerah pemilihan Sulsel Dua yang meliputi Kecamatan Manggala, Panakkukang, Tamalanrea, dan Biringkanaya.
Sementara, Indira tak akan melepas peluang pada Pilwali Makassar kali ini. Dia bisa ‘memanfaatkan’ posisi suaminya, Danny Pomanto yang saat pemilihan nanti masih menjabat sebagai Wali Kota Makassar.
“Dua periode mendampingi Danny membuat namanya populer di mata warga Makassar,” kata Asratillah.
Asratillah mengatakan Aliyah sangat diuntungkan karena berpasangan dengan Munafri Arifuddin yang sudah beberapa kali maju di Pilwali Makassar. Pun, Indira akan meraih peruntungan dari nama besar Danny Pomanto yang memiliki jejaring pemenangan yang sudah kuat di akar rumput.