MAJENE, RAKYATSULBAR.COM — Melalui Program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan (FPK) 2024, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XVIII Sultengbar menggelar kegiatan Workshop Menenun, di Aula Villa Azzahra Majene, Jumat 19 Juli sampai Sabu 20 Juli.
Kepala Sub Bagian Umum dan Tata Usaha BPK Wilayah XVIII Rosdiana mengatakan, kegiatan workshop menenun merupakan salah satu upaya untuk tetap menjaga tradisi menenun dan mewariskan tradisi tersebut kepada generasi muda.
“Saqbe Mandar ini pelakunya sudah tidak banyak lagi, tentunya ini menjadi peran untuk generasi muda, agar Saqbe Mandar bisa tetap lestari,” kata Rosdiana, Sabtu 20/7/24).
Ia berharap setelah mengikuti kegiatan tersebut, para peserta termotivasi untuk melanjutkan pembelajaran menenun melalui ruang-ruang belajar yang lain, salah satunya melalui sekolah menenun milik Rezki Amaliah yang juga selaku pemrakarsa kegiatan Workshop Menenun.
“Saya berharap ada tindak lanjut dari kegiatan ini, para peserta bisa terus menggali ilmu dan belajar menenun,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Majene Ahmad Djamaan menyampaikan, menenun ini merupakan pekerjaan perempuan Mandar sejak abad ke 16. Dimana, ada sebuah kalimat yang menyatakan, perempuan Mandar yang bisa menenun adalah perempuan yang Malaqbi’.
“Saya berharap, melalui kegiatan ini, tradisi menenun semakin diminati oleh generasi muda,” ujar Ahmad.
Ketua Panitia Workshop Menenun Rezki Amaliah menyampaikan, selama dua hari para peserta diberikan materi praktek tentang tahapan membuat Saqbe Mandar. Mulai dari tahapan mewarnai benang, sumau’ atau menghani, mappamaling atau menggulung benang dan menenun.
“Para peserta kami ajak untuk mempraktekkan langsung setiap tahapannya, dan alhamdulillah semua peserta antusias mengikuti setiap materi, ” ujar Rezki.
Ia mengungkapkan, workshop menenun ini dilaksanakan untuk menumbuhkan kepedulian terhadap pelestarian Saqbe Mandar dikalangan generasi muda. Kegiatan tersebut diikuti 25 orang peserta yang terdiri dari pelajar SMA sederajat, mahasiswa dan komunitas kepemudaan.
Ia berharap, setelah mengikuti workshop para peserta dapat melanjutkan pembelajaran di sekolah menenun yang ia miliki.
“Sangat jarang profesi menenun digeluti oleh anak muda, selain karena upah yang minim, ruang untuk belajar menenun sangat terbatas, itu salah satu alasan kenapa saya mengusung workshop menenun dalam program FPK,” tandas Rezki. (*)