Setelah Masjid tersebut sudah menjadi bangunan besar, kata Ismail, tiba-tiba pemilik tanah muncul dan ingin menjual Masjid tersebut.
Menurut informasi yang didapatkan Ismail, alasan pemilik tanah menjual Masjid itu dikarenakan ingin membangun pesantren di wilayah Jakarta.
“Tiba-tiba pemilik (tanah) muncul. Alasannya karena ibu itu mau membangun pesantren di Jakarta. Di situ ada lahan tempat jalan masuk Pesantren yang mau dibebaskan (dibeli). Itu yang dia carikan dana tambahan,” tuturnya.
Disebutkan, sejak beredar kabar jika Masjid itu dijual, sudah banyak orang yang menanyakan hingga melakukan penawaran. Namun sampai sekarang belum ada titik temu antara harga yang ditawarkan pemilik lahan dengan calon pembeli.
“Banyak yang menanyakan harga. Mengatakan itu mau dijual. Waktu itu Rp2,5 M. Sudah banyak yang tawar,” sebutnya.
Lanjut Ismail, beberapa bulan lalu dirinya mendapatkan pesan WhatsApp dari pemilik tanah bahwa tanah yang ada di belakang Masjid juga akan dijual, harganya Rp1 M.
“Tapi kalau mau semua ini, tanah yang di belakang dikasih Rp3,5 M. Bahasanya seperti itu. Belakangan, karena pemilik sudah berulang kali mau menjual, datanglah memasang spanduk bahwa ini mau dijual. Harga terakhirnya, Rp3,5 M,” terang Ismail.
Diakuinya, sebelum heboh Masjid tersebut ingin dijual, salah seorang warga mengajukan diri ingin membeli Masjid tersebut. Namun lagi-lagi ada beberapa poin perjanjian antara pemilik tanah dan calon pembeli yang tidak sejalan.
Sementara, Ketua Rukun Tetangga (RT) 8 RW 5 Makkio Baji, Baso Jalaluddin mengatakan, Masjid tersebut sempat ingin disegel oleh pemilik tanah.
“Dia mengancam akan menggembok ini Masjid. Tapi waktu datang dia dari Jakarta memang dia bawa gembok,” kata Baso.
Hanya saja, kata Baso, karena dilakukan mediasi, maka penyegelan tidak jadi dilakukan dan warga masih bisa beribadah di Masjid tersebut.
“Tapi tidak jadi karena kita mediasi. Jadi kita kasih jalan, nanti kita pasangkan apa mauta karena memang kita yang punya. Nanti kalau memang mau dijual terserah, nanti kita pasangkan. Tapi aktivitas ibadah tetap jalan,” tandasnya.
Baso bilang, warga setempat menjadikan Masjid itu bukan hanya sarana beribadah salat lima waktu. Tapi juga melakukan tahsin Al Quran hingga pengajian.
“Di sini kegiatannya, ibadah, tahsin Al Qur’an, pengajian , kurban, banyak,” pungkasnya. (Rakyatsulsel.co)