Lumbung pangan bukan hanya lumbung beras.
Masyarakat harus mulai mengurangi ketergantungan pada beras dan menerima alternatif seperti jagung, sorgum, dan mungkin sukun di masa depan. Sukun yang ditanam saat ini bisa saja nantinya menjadi bahan beras analog, tepung, mie atau produk olahan lain yang lebih memiliki nilai ekonomi tinggi. Sebelum mencapai itu, kelebihan sukun dibandingkan kakao atau sawit yang saat ini menjadi unggulan Sulawesi Barat adalah bisa dikonsumsi dengan pengolahan sederhana. Saat beras langka, breadfruit inilah gantinya.
Membangun ketahanan dan kedaulatan pangan harus dimulai dengan pemetaan potensi pertanian yang akurat dan lengkap. Dengan itu, pemerintah bisa membangun strategi yang lebih tepat dan efisien. Menjadikan sektor pertanian dan kelautan sebagai solusi mengatasi masalah kemiskinan tentu saja bukan sekedar dengan memberi solusi temporal seperti bantuan langsung tunai pada kelompok tani atau sejenisnya. Masalah utama kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok sebab rendahnya pendapatan. Jika akar masalah ini tidak diatasi maka selamanya pemerintah memelihara kemiskinan bukan mengentaskan kemiskinan.
Untuk mengatasi kemiskinan, pemerintah harus fokus pada peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, pemanfaatan teknologi, dan hilirisasi usaha pertanian. Inisiatif pemerintah, BPS, untuk melaksanakan Survei Ekonomi Pertanian 2024 sebagai lanjutan dari Sensus Pertanian 2023 diharapkan dapat menjawab tantangan ini. Sehingga, pembangunan di Sulawesi Barat dapat berjalan sukses untuk meningkatkan kesejahteraan petani khususnya dan masyarakat pada umumnya.