MAMUJU,RAKYATSULBAR.COM – Suasana Ruang Unit Gawat (UGD) Darurat Puskesmas Tapalang, Mamuju mendadak ramai Jumat malam, 24 Mei 2024. Puluhan warga ingin menyaksikan lebih dekat seorang warga diterkam buaya.
Korban yang diketahui bernama Abdul Rajab (41) warga Desa Tampalang itu tergeletak di atas ranjang pasien tak berdaya menahan rasa sakit akibat gigitan buaya muara dibeberapa bagian tubuh. Lima cakaran paling terasa berada pada bagian belakang punggung, tiga bagian tangan sebelah kiri dan satu lainnya ada di bagian rusuk sebelah kanan.
Kejadian itu berawal ketika korban sedang menangkap ikan di muara Arteri Dusun Kacci-kacci dekat rumahnya. Setelah berhasil memasang jaring jangkar, buaya secara mendadak muncul ke permukaan dan menerkam korban.
” Tiba-tiba dari arah belakang buaya lompat menempel dibelakang badan korban,” ungkap Kapolsek Tapalang IPTU Mino.
Kemunculan buaya di daerah itu memang sering terjadi, menurut salah satu warga setempat Papa Ani yang juga adalah ipar dari korban mengatakan buaya yang menyerang Rajab tergolong tidak terlalu besar atau belum dewasa.
“Kalau yang sering saya lihat kecil ji, seperti batang pisang. Kalau mauki melihat waktu magrib kalau disenter menyala matanya ,” kata Papa Ani kepada Rakyatsulbar.com, saat ditemui usai mengeringkan gabah miliknya di Jalan Arteri, Sabtu (25/5/24) pagi.
Menurutnya kemunculan buaya sering terjadi saat air naik dan keruh. Bahkan mondar-mandir dari ujung muara dan kembali masuk. Sungai yang mengalir di pemukiman warga Tampalang itu memiliki banyak ikan.
“Memang banyak ikan di sungai. Kalau musimnya mi itu, kalau di muaranya ikan balana. Kalau di dalam sungai ikan pase’ba, bakokko,” jelasnya.
Menangkap ikan di muara hampir sering dilakukan Papa Ani. Bahkan delapan pukat salah satunya digunakan korban saat diterkam buaya. Ia sering menangkap ikan saat cuaca dan air tidak naik. “Saya pasang pukat memakai perahu,” katanya.
Ia berharap kejadian yang menimpa iparnya itu tidak terulang, buaya yang menghuni muara sungai selama ini dapat segera ditangkap. Ia khawatir jika masih berkeliaran dapat melukai orang lain termasuk anak-anak yang sering bermain dan mandi.
“Memang binatang dilindungi.
Tapi kalau sudah membahayakan harus segera ditangkap,” begitu kata Papa Ani.
(Ayub Kalapadang)