Menghamba” atau “Menggerakkan”? – Kontroversi Semantik dalam Mars Guru Penggerak

  • Bagikan
Sutikno Guru dari Kampung

Penulis: Sutikno Guru dari kampung

MAMUJU, RAKYATSULBAR.COM — Kata-kata memiliki kekuatan. Dalam konteks pendidikan, pilihan kata dapat menjadi sumber inspirasi atau, sebaliknya, kontroversi.

Baru-baru ini, debat mengenai lirik mars guru penggerak telah memicu diskusi yang berapi-api. Kata “menghamba” telah menjadi titik tolak perdebatan yang membagi pendapat para pendidik di Sulawesi Barat, setelah ketua Ikatan Guru Indonesia Sulawesi Barat, memantik diskusi dalam Grup whatsapp guru se Subar

Di satu sisi, ada yang mendukung penggunaan kata tersebut, melihatnya sebagai sinonim dari “melayani” – sebuah nilai yang dijunjung tinggi dalam dunia pendidikan. Namun, tidak sedikit pula yang menentang, menganggap bahwa “menghamba” membawa konotasi “menyembah” atau “memperbudak” – makna yang jauh dari idealisme pendidikan yang seharusnya memerdekakan pikiran.

Polemik ini bukan sekadar permainan kata. Ini adalah pertarungan ideologi tentang bagaimana kita mendefinisikan peran guru dalam masyarakat.

Apakah guru harus “menghamba” dalam arti melayani tanpa batas, ataukah “menggerakkan” dalam arti memotivasi dan menginspirasi?

Saya berpendapat bahwa saatnya kita memilih diksi yang membangun, bukan yang memecah belah. “Menggerakkan” menawarkan perspektif yang lebih positif dan progresif, mencerminkan peran guru sebagai pemimpin yang memandu siswa menuju masa depan yang lebih cerah.

Mari kita tinggalkan kata-kata yang membelenggu, dan pilihlah kata-kata yang membebaskan. Karena pada akhirnya, pendidikan adalah tentang membebaskan potensi, bukan membatasi pemikiran.

Dan Anda, pembaca yang terhormat, di manakah Anda berdiri dalam debat ini? Apakah Anda memilih untuk “menghamba” atau “menggerakkan”?  
@ Sutikno Guru dari kampung.

  • Bagikan