MAKASSAR, RAKYATSULBAR.COM – Pemadaman listrik bergilir di Kota Makassar, Provinsi Sulsel dilakukan pihak manajemen PLN wilayah Sulselbar, kian meresahkan.
Pemadaman listrik di Kota Makassar belakangan ini, semakin sering terjadi, bahkan durasinya kian panjang hingga 5-6 jam. Meskipun sudah memasuki musim ekestreem. Hal ini membuat wakil Rakyat di DPR RI geram dan angkat bicara atas keluhan warga di dapilnya.
Anggota Komisi VII DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sulawesi Selatan I, Andi Ridwan Wittiri menyoroti keluhan masyarakat di Sulawesi Selatan yang sering mengalami pemadaman listrik.
Ketua DPD PDIP Sulsel itu menjelaskan, persoalan itu harus segera diselesaikan. Meski pihak PLN telah menerangkan bahwa faktor cuaca mempengaruhi aliran listrik, warga kata Andi Ridwan masih belum puas dengan keterangan tersebut.
“Kita meminta persoalan pemadaman bergilir tidak terjadi lagi. Keluhan masyarakat ingin agar pemadaman itu segera diatasi. Saya hampir setiap hari diminta pertanggungjawaban oleh masyarakat di dapil saya,” kataAndi Ridwan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan Dirut MIND ID, Dirut PT Bukit Asam Tbk, PT Nusantara Power dan perusahaan terkait lainnya di ruang rapat Komisi VII DPR RI, Senin kemaein, kini dikutip awak media lewat media lintasparlemen, Selasa (28/11).
Politisi PDIP itu menjelaskan, kepada mereka (masyarakt di dapil kami) dari hasil Koordinasi dengan GM PLN di sana, bahwa pemadaman itu karena kemarau, sehingga PLTA itu debit airnya kurang.
Begitu juga, suplai air itu tidak membuat stabil dari mesin pembangkit listrik. Dengan kata lain, saya katakan ini faktor cuaca, faktor iklim.
“Namun jawaban kami tersebut tentu tidak membuat puas masyarakat, dan bukan sebuah solusi. Inilah yang ingin saya pertanyakan,” jelas caleg Dapil Sulsel I meliputi Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan Selayar itu.
Oleh karena itu, ketika Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini mendengar pemaparan dari Dirut PT PLN Nusantara Power terkait pembangunan PLTS terbesar di Asia Tenggara, pihaknya sangat tertarik.
Bahkan pihaknya berharap PLTS sejenis juga bisa dibangun di kawasan Indonesia Timur, khushusnya di Sulawesi Selatan. Sehingga diharapkan bisa menjadi salah satu solusi pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat dan industri setempat yang belakangan terganggu akibat sering padamnya listrik yang didistribusikan oleh PLN.
“Terlebih lagi PLTS yang notabene termasuk dalam green energy atau energy hijau, energy bersih, tentu hal tersebut sangat baik jika dibangun di kawasan Indonesia Timur,” tuturnya.
Apalagi Sulawesi selatan menjadi salah satu wilayah dengan tingkat paparan sinar matahari yang sangat besar. Dia berharap PLTS juga bisa dibangun atau didirikan di Kawasan Indonesia Timur, khususnya di Sulawesi Selatan.
“Sehingga akan menjadi salah satu solusi pemenuhan litstrik masyarakat dan Industri setempat yang sempat terganggu akibat pemadaman listrik PLT yang terjadi hampir setiap hari sekitat 3-5 jam. Kini bertamabah 5-6 jam,” pungkasnya. (*)