MAMUJU,RAKYATSULBAR.COM – Langkah kaki Sukirman sedikit lebih cepat dari biasanya, dengan menenteng beberapa tusuk telur yang dihias kertas marmer warna biru dan merah muda. Sebagian hiasan lain seperti batang pohon pisang yang dibalut kertas warna, juga ikut dibawanya.
Ia bersama saudaranya ingin membenahi pasangan telur miliknya untuk merayakan Maulid yang diselenggarakan di Mesjid Nururrahman, Kelurahan Dayanginna, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju.
Jam saat itu terbilang masih pagi, usai sholat subuh ia dibantu sanak keluarga sudah menyelesaikan puluhan butir telur dan beberapa pernah – pernik Maulid.
Selain telur, uang lima ribu ikut digantungkan pada kertas hiasan itu. Begitu juga jenis pisang yang digunakan saat perayaan Maulid, dalam bahasa Tapalang seperti balambangan, raja, manurung dan pisang tanduk dimasukkan kedalam ember sebagai isian tempat batang pohon pisang melekat sehingga tidak mudah roboh.
Belum sampai jam 06.00 pagi, Kirman bergegas membawa bahan yang akan dijadikan hiasan maulid ke masjid yang dekat dengan rumah ia tempati. Dalam mesjid suasana masih sepi belum ada satupun orang berada di tempat itu, hanya seseorang pria paruh baya yang hari-harinya bertugas membersihkan pekarangan dan ruangan mesjid.
Kirman dan keluarganya lalu menempelkan satu persatu “tusukan” kayu dari bahan bambu yang dibuat lebih kecil ke dalam batang pohon pisang dengan mengirimkan doa dan niat semata – mata ke pada Allah SWT.
Ia sengaja datang lebih awal karena mengangkat hiasan Maulid sangat berat, untuk membawanya butuh pria tiga orang. “Lebih enteng kalau ditusuk (dimasukkan ke batang pohon pisang) di masjid dibanding di rumah,” ungkap Sukirman, Kamis (28/9/2023).
Maulid rencananya akan dilaksanakan tepat pukul 08.00 pagi. Pihak mesjid mulai menghimbau bagi yang masih diluar untuk mempercepat langkahnya membawa hiasan maulid. Perayaan kali ini berjalan dengan penuh kesederhanaan dan kebersamaan diantara para jamaah.
“Atas partisipasinya, tahun ini kita dapat melaksanakan meskipun dalam suasana yang sederhana,” ungkap bendahara sekaligus Ketua Pembangunan Mesjid Nururahman Dayanginna, Mansyur Salam.
Meski begitu, pelaksanaan Maulid kali ini tidak semeriah tahun lalu. Kala itu parade kuda yang ditunggangi para peserta Khatamul Qur’an sangat banyak. Hewan yang gemar menari itu didatangkan khusus dari daerah sekitar Sulawesi Barat.
Menurut Mansur ada beberapa hal yang membuat perayaan Maulid tahun ini lebih sederhana tanpa ada kegiatan lain. Seperti kurangnya koordinasi antara orang tua anak yang akan khatam di daerah itu. Kedua, sosok ketua pembangunan mesjid yang jadi panutan kini telah tiada.
“Sosok yang kita cintai H. Burhanuddin beberapa hari kedepan memasuki 100 hari,” kata Mansur sembari mengajak para jamaah Maulid pada hari itu membaca surah alfatihah.
Perayaan Maulid kali ini berjalan meriah.Para jamaah mendengarkan hikmah maulid dari ustandz Razada hingga larut dalam kebersaman hingga selesainya acara.
(Ayub Kalapadang/A)