MAKASSAR, RAKYATSULBAR.COM– Ikatan Bidan Indonesia (IBI) ranting Universitas Megarezky bekerjasama dengan Program Studi (Prodi) Sarjana Kebidanan dan Profesi Bidan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) Universitas Megarezky (Unimerz) menggelar kegiatan Webinar Nasional dengan topik Peran bidan dalam penanganan perdarahan post partum di ruang Rektorat Kampus Universitas Megarezky (Unimerz) Jalan Antang Raya No 43 Makassar, Senin (4/9).
Dr dr Andi Nasaruddin Mappaware,Sp0G (K) MARS, MSc mengemukakan, peran seorang bidan dalam penanganan pasien pendarahan Post partum sangat penting yakni segera menghubungi dokter jika perdarahan yang terjadi cukup parah, ditandai dengan penuhnya pembalut kurang dari 1 jam, atau perdarahan tidak kunjung mereda setelah beberapa hari.
Penanganan dari perdarahan post-partum dimulai dengan pemberian uterotonik, pemijatan uteri, kompresi bimanual, transfusi darah/cairan kristaloid, pemberian faktor pembekuan darah, dan/atau mengambil sisa plasenta secara manual serta manajemen trauma.
Sementara pemateri selanjut Hj Suriani B, SKM M.Kes mengemukakan bahwa agar para bidan melakukan pencegahan agar tidak terjadi perdarahan post partum yakni
Rutin Melakukan Pemeriksaan Kehamilan
Cara ini memang terbilang sederhana. Namun, rutin melakukan pemeriksaan kehamilan secara berkala, bisa menjadi cara jitu untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum. Di sini dokter kandungan akan melakukan berbagai pemeriksaan
Peran organisasi Ikatan Bisan Indonesia (IBI) adalah memberikan solusi/ saran berkenaan dengan etik dan kode etik bidan.
Penanganan masalah berkaitan dengan praktik bidan. Melaksanakan pembinaan Etik Bidan
Sementara itu Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Dr Suamsuriyati, SST, SKM, M. Kes dalam sambutannya mengharapkan agar para bidan bertugas; mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/klien.
Olehnya itu peran bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi, Ungkap Dr Syamsuriyati, SST, SKM, M.Kes. (*)