MAMASA, RAKYATSULBAR.COM – Seluruh kader dan alumni Gerakan Mahasiswa Pitu Ulunna Salu (GEMA P.U.S) Makassar melakukan konsolidasi di Kelurahan Lakahang, Kecamatan Tabulahan, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, Sabtu 26 Agustus 2023.
Mereka merumuskan sikap soal kasus pembunuhan di Aralle pada 2022 lalu.
Adapun poin kesepakatan Gema P.U.S Makassar yakni:
1.Memperkuat kesepakatan dalam pertemuan tokoh masyarakat eks Mambi di Lantang Kada Nene, pada 20 Agustus 2023. Kesepakatan tersebut ialah; Seluruh orang tua PUS, tokoh adat, pemerintah, Polres Mamasa dan tokoh-tokoh agama bersama-sama menjaga stabilitas keamanan di wilayah Aralle dan sekitarnya bahkan PUS secara umum, jika penyidik Polda di kemudian hari menetapkan tersangka pelaku pembunuhan di Kelurahan Aralle.
- Mengimbau kepada seluruh kader dan alumni Gema P.U.S bahkan masyarakat eks mambi secara umum, agar mempelajari kebenaran setiap isu yang berkembang secara cermat sehingga tidak mudah terprovokasi.
- Menghargai proses hukum yang telah dilakukan oleh penyidik kepolisian.
E. Mengimbau masyarakat PUS eks Mambi agar bijak dalam menggunakan media sosial dan tidak gampang menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya yang berkaitan dengan kasus pembunuhan di Aralle. - Mendesak Polda Sulbar untuk mengungkap kasus pembunuhan di Aralle secara profesional, transparan, terang benderang hingga ke akar-akarnya.
Keputusan ini dibacakan oleh tiga perwakilan, yaitu Ketua Umum Gema P.U.S Makassar periode 2008-2009, Nisan Parrokak, perwakilan Kecamatan Mambi sekaligus Ketua Umum Gema P.U.S periode 2016-2018, Nurtahmidin, perwakilan Kecamatan Bambang, Cakdimuliadi.
Menurut Nisan Parrokak, pertemuan tersebut perlu dilakukan untuk lebih memperkuat solidaritas, soliditas dan kerukunan antar seluruh kader dan alumni GEMA P.U.S yang tersebar di Tuju kecamatan dalam berbagi peran masing-masing.
Hal tersebut, kata Nisan, sesuai dengan cita-cita pembentukan Gema P.U.S dalam mewujudkan pembangunan daerah melalui percepatan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
“Gema P.U.S ini dibentuk dari puing-puing keterpurukan pasca konflik ATM 2003. Saat itu, kami sungguh merasakan pahitnya hidup dalam ketidakpastian akibat dari ketidak mampu kita untuk mengendalikan diri dan mudah dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab,”tukasnya
“Saat itu kami berkomitmen ingin memutus rantai generasi yang berkonflik. Kami ingin membangun generasi baru P.U.S eks Mambi dari “tallu pentingolo” (tiga keyakinan) , yaitu Ada’ Mappurondo, muslim dan nasrani dalam satu bingkai kebersamaan dengan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan,”sambungnya. (*)