POLMAN, RAKYATSULBAR.COM– Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) kembali menggelar High Level Meeting (HLM) Pengendalian Inflasi Daerah, dipusatkan di Kabupaten Polman, melibatkan Pemkab dan TPID se -Sulbar serta sejumlah unsur forkopimda Sulbar. Berlangsung Aula Pemkab Polman, Selasa (25/7)
Pj Gubernur Sulbar , Prof. Zudan Arif Fakrulloh berharap, melalui HLM menjadi forum bagi seluruh pemda dan TPID membangun komunikasi yang baik, menyamakan frekuensi dalam melakukan pengendalian inflasi di daerah sehingga kedepan mengeluarkan kebijakan yang betul-betul berdampak untuk masyarakat banyak.
Terkait inflasi di Sulbar, dijelaskan salah satu penyumbang inflasi adalah ikan. Dan menjadi persoalan adalah tidak adanya pabrik es dan cold storage di Sulbar. Untuk itu kedepan, perlu menyamakan frekuensi dalam melakukan revolusi APBD
“RKPD yang sedang disusun sekarang dan APBD 2024, inflasi dianggarkan, dicadangkan di Belanja Tak Terduga. Belanjakan untuk cold storage, pabrik pabrik es dan pusat pusat pertumbuhan. Kolaborasi Pemprov dan kabupaten itu penting agar bisa nyambung,” ujar Zudan
Menurutnya, dengan kekompakan seluruh pemda dan TPID dalam menyelesaikan permasalahan inflasi, termasuk masalah stunting, kemiskinan ekstrem, perkawinan anak dan anak putus sekolah.
“Mari TPID bersama kepala daerah terus mendorong inflasi ini terkendali. Saya optimis masalah Stunting, perkawinan anak, kemiskinan dan anak putus sekolah Itu bisa diatasi dengan kekompakan kita. Kita samakan frekuensinya, provinsi kerjakan apa kabupaten mengerjakan apa,” pungkasnya.
Ia pun mengingatkan agar dalam menjalankan tugas penting memperhatikan manajemen risiko. Kuncinya menjaga internal dan memastikan kinerja dirasakan langsung masyarakat.
Sementara itu, Kepala Biro Ekonomi Pembangunan Pemprov Sulbar Masriadi Nadi Atjo menambahkan, HLM secara rutin dilaksanakan dua hingga tiga kali setahun. Tujuannya menetapkan langkah-langkah kongkrit dan kebijakan dalam melakukan pengendalian inflasi.
Disebutkan Sulbar saat ini urutan ketiga inflasi terendah se Indonesia, 2,28 persen. Dan sembilan bulan berturut-turut masih dibawah nasional.
“Ini berkat kerjasama semua pihak. Diharapkan kebersamaan dapat tetap berlanjut dalam menjaga ketersediaan pasokan dan kestabilan harga,” pungkasnya. (*)