Oleh: Rusdi Hidayat Jufri
RAKYATSULBAR.COM –– Setiap saat kita menyaksikan begitu banyak aktivitas manusia yang berjalan di muka bumi ini. Setiap aktivitas mewakili harapan-harapan dan keinginan setiap manusia. Baik mewakili secara individu maupun kolektif atau bersama-sama.
Mereka berusaha menyelesaikan setiap persoalan yang sedang dihadapi, baik untuk sekadar mendapatkan solusi yang bersifat jangka pendek dan sementara, ataupun yang jangka panjang dan berkelanjutan.
Hidup memang akan selalu menghadirkan begitu banyak hal untuk dijadikan angan-angan untuk dapat dimiliki dan dirasakan, sebagai sebuah kenikmatan. Hasrat manusia untuk selalu menjadi lebih baik
dari hari ke hari adalah fitrah.
Olehnya, sulit kita menemukan dimana sebenarnya titik kepuasan manusia, karena keinginannya tidak akan pernah padam. Meski mendapatkan surga sekalipun. Lihatlah kisah Nabi Adam alaihissalam, bapak para manusia. Beliaulah fitrah sejati manusia yang tidak dilahirkan melalui rahim manusia, melainkan dari kasih sayang Allah.
Nabi Adam alaihissalam, telah ditempatkan di tempat termulia dan teragung ciptaan Allah swt. Semua fasilitas terbaik yang pernah ada, berada di sana.
Tak terbayangkan dengan imajinasi kita, karena memang kita belum pernah ke sana. Betapa indahnya surga yang digambarkan dalam kitab suci Al-Qur’an, sedemikian dahsyatnya. Allah hanya melarang Nabi Adam, untuk mendekati sebuah pohon.
Entah apa alasannya? Namun dengan bisikan iblis, yang mengetahui yang ada di dalam hati adam, bahwa Adam sedang merindukan hidup kekal selamanya di surga dengan segala kenikmatan. Jadilah sebuah skenario tipu daya iblis, dengan “menipu” Adam, bahwa pohon itu, menghasilkan buah yang memberi kekekalan. Namun hasilnya, Adam justru tidak kekal dan terusir dari surga. Keinginan manusia akan selalu seperti itu, Merasa kurang, hingga penyesalan datang menghampiri. Keinginan dan harapan manusia, akan selalu hadir memenuhi langit dan menyesakkan bumi.
Namun, perlu kita sadari bahwa keinginan manusia untuk memiliki dan menikmatinya adalah sebuah beban tersendiri, tergantung seberapa besar keinginan kita untuk mengambil manfaat dari setiap harapan, khususnya mengenai mengambil sumber daya yang tersedia di alam semesta ini.
Contoh sederhana, sumber daya air yang mengalir secara cuma cuma di sungai. Manusia memiliki impian untuk mengembangkannya dan membangun sebuah pembangkit tenaga listrik menggunakan tenaga debit air yang kemudian menggerakkan turbin, untuk dapat dikelola menjadi aliran listrik yang dapat
menjadi potensi ekonomi yang besar melalui komersialisasi kepada masyarakat. Tentu kita sadari besarnya peluang bisnis tersebut dengan melihat kebutuhan manusia terhadap listrik yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun.
Manusia pun bekerja keras, untuk dapat merealisasikannya dengan baik. Bagaimana menghasilkan sebuah daya listrik dengan debit Air yang ada, serta dengan perhitungan grafitasi, dan faktor lainnya?
Beban yang muncul, sesuai atas harapan yang ingin dicapai.
Manusia harus membangunsebuah irigasi atau waduk, untuk dapat menampung air, agar daya tekan terhadap turbin bisa semakin kuat dengan gravitasi. Sehingga beban baru muncul, membangun waduk, yang mampu memiliki ketinggian yang ideal, agar turbin berputar lebih cepat. Dengan perhitungan yang tepat, akan dapat menghasilkan daya listrik seperti yang diharapkan.
Apapun hasil yang ingin kita capai, selalu berada di wilayah kemungkinan untuk dapat diwujudkan. Selama kita masih bisa mengukur tindakan apa yang dapat kita lakukan secara bertahap. Selama ada progress yang dapat kita capai untuk menuju titik akhir yang ingin kita tuju.
Setiap satu langkah kecil akan mendekatkan kita kepada tujuan yang ingin kita capai. Dan, pada saatnya anda tiba di tujuan, anda akan terkesima ketika berbalik melihat titik awal anda mulai melangkah, begitu
jauh, dan kelihatan sangat berat untuk menuju ke sana, tetapi ternyata berhasil anda lalui dengan baik.
Bukankah itulah salah satu alasan mengapa manusia diciptakan, untuk mengurus urusan urusan yang besar? menetapkan tujuan tujuan yang besar? Manusia tidak diciptakan hanya untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Melainkan dirinya mampu mengurus dan bekerja
memenuhi kebutuhan Universal, kebutuhan seluruh alam semesta.
Manusia adalah pemikul beban, yang ditakdirkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan alam semesta, atas izin Tuhan yang Mahakuasa. Karena kita hidup dengan ide dan gagasan setiap hari, dan itu
merupakan karunia Tuhan yang luar biasa kepada manusia sehingga berada pada level teratas.
Level terbaik, dengan menyatunya berbagai fungsi indera. Penglihatan, pendengaran, akal, dan hati adalah indera yang akan menggiring manusia pada nilai akhir kehidupannya. Allah swt berfirman “Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya–QS. Al-Isra`: 36 (*)