MAKASSAR, RAKYATSULBAR.COM –Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti di sela kunjungannya ke Sulawesi Selatan menyempatkan diri bersilaturahmi bersama Andi Amran Sulaiman, Senin (22/5).
Susi tiba di kantor pusat Tiran Group, AAS Building, Jalan Urip Sumohardjo, Kota Makassar pukul 10.45 WITA. Kedatangannya disambut langsung Andi Amran Sulaiman di lobi gedung.
Keduanya pun saling bersalaman. “Apa kabar Pak Amran? Lama tak bertemu,” sapa Susi sesaat turun dari mobil.
Amran lantas mengajak Susi ke ruang rapat lantai dua. Keduanya berbincang empat mata.
Diketahui Susi dan Amran pernah bersama-sama menjadi menteri di pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla periode 2014-2019.
Susi sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan sementara Amran menjabat Menteri Pertanian RI.
Andi Amran dan Susi memang saling bersahabat sejak lama.
Sama-sama pengusaha dan pernah kolaborasi di pemerintahan sebagai pejabat publik.
Mentan SYL Ajak Kementan dan Stakeholder Tingkatkan Kinerja Sektor Pertanian
Diketahui Susi dan Amran pernah bersama-sama menjadi menteri di pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla periode 2014-2019.
Susi sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan sementara Amran menjabat Menteri Pertanian RI.
Andi Amran dan Susi memang saling bersahabat sejak lama.
Sama-sama pengusaha dan pernah kolaborasi di pemerintahan sebagai pejabat publik.
Sebelum bertemu Amran, Susi yang juga Founder Susi Air meresmikan penerbangan perdana Susi Air dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin ke Bandara Andi Djemma, Masamba, Luwu Utara.
Susi Pudjiastuti menyampaikan apresiasinya kepada Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman atas peluncuran perdana ini.
“Saya pikir satu hal yang luar biasa, untuk apa pemerintah membangun bandara, fasilitas tapi tidak ada yang terbang,” ucapnya.
“Jadi konektiviti itu sangat penting dan saya pikir pak gubernur luar biasa,” sambubg Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini.
Dia menegaskan, apabila pemerintah membangun fasilitas infrastruktur itu harus dipastikan anggarannya untuk operasional. Karena jika anggaran operasional tidak dipastikan maka akan mangkrak.
“Kalau tidak mangkrak, rusak. Itu kan kehilangan besar untuk negara dan masyarakat, pembangunan tidak jalan dan kalau jarak itu bisa menjadi satu jam daripada 12 jam kan jauh lebih baik. Apalagi kalau ke pulau-pulau. Kalau cuaca jelek, air laut sedang ombak tinggi, mau pakai apa,” tandas Susi. (*)