KSP dokter Noch Mallisa: Hasil Tak Pernah Khianati Usaha

  • Bagikan
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Brigjen TNI (Purn.) dr. Noch Tiranduk Mallisa, M.Kes

JAKARTA, RAKYATSULBAR.COM — Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Brigjen TNI (Purn.) dr. Noch Tiranduk Mallisa, M.Kes telah membuktikan, tidak ada tidak mungkin di dunia ini jika kita mau berusaha. Hasil tak pernah mengkhianati usaha.

dr. Noch Tiranduk Mallisa asli berdarah Toraja, Sulawesi Selatan. Ia merupakan dokter dari TNI Angkatan Darat asal Sulsel pertama yang menyandang pangkat perwira tinggi.

Tekadnya menjadi ‘orang’ telah terpatri sejak belia. Untuk mewujudkan itu, Noch Tiranduk Mallisa hijrah ke Makassar melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Katolik Cendrawasih.

Dari situ ia lanjut ke Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro sebelumnya akhirnya masuk sekolah perwira.

“Saya punya cita-cita besar ingin jadi dokter walaupun bapak saya itu pangkatnya rendah di militer. Artinya untuk mencapai itu saya harus berani ambil resiko, kalau di kampung terus agak sulit,” ungkap Mallisa saat berbincang bersama fajar.co.id di Makassar, Minggu (19/3).

Tahun 2021 ia resmi purna tugas dari TNI AD. Kemudian dipercaya KSP Moeldoko menjadi tenaga ahli di Kantor Staf Presiden.

Sejumlah tugas berat dilimpahkan kepadanya mengorkestrasi kementerian dan lembaga dalam menjalankan tugas dari pimpinan tertinggi yakni Presiden RI.

Salah satu tugas berat itu adalah mencairkan dana Rp 25,1 triliun untuk pembayaran ke 2.035 rumah sakit seluruh Indonesia yang melayani pasien Covid-19.

“Dibayarkan sesuai tagihannya. Tapi karena ini dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Karena ekonominya tertatih-tatih. Uangnya ada, harus segera dibayarkan tapi sistem administrasinya harus benar,” terangnya.

Dari situ simpul-simpulnya ia urai dengan teliti dan detail. Dr Mallisa diberi target 6 bulan harus selesai. Hanya dalam 3,5 bulan ia bereskan tugas itu.

“Walaupun saya harus tidak tidur demi menyelesaikan tugas penting ini. Lumayan stres,” kenangnya.

Kantor Staf Presiden juga turut terlibat dalam upaya debottlenecking untuk menguraikan permasalahan perizinan operasional alat kesehatan canggih di fasilitas kesehatan (faskes) TNI demi perwujudan pelayan kesehatan yang maksimal bagi prajurit dan masyarakat.

Menurutnya, sistem kesehatan TNI ini tidak berdiri sendiri. Sama seperti rumah sakit lainnya, faskes TNI juga memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Bahkan faskes TNI berperan penting menopang sistem kesehatan nasional saat menghadapi pandemi COVID-19. Oleh karenanya, penting bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan faskes TNI dalam melayani masyarakat.

Mallisa menjelaskan bahwa KSP di bawah kepemimpinan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko akan terus mendorong komitmen reformasi kesehatan yang diamanatkan Presiden Joko Widodo.

“Prinsip yang saya pegang, tidak ada yang tidak bisa kita kerjakan kalau kita mau. Pasti ada jalan keluar. Tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya. Pasti ada. Tapi kita harus betul-betul fokus cari jalan keluar itu,” tegasnya.

Mallisa juga menjelaskan perbedaan antara karir di militer dan pemerintahan. Menurutnya perbedaan cukup jauh. Jika di militer sesuai komando.

Tapi di pemerintahan ia harus menyelami staf di bawahnya, mengenali satu persatu potensi dan kemampuan mereka.

“Di KSP itu 65 persen millenial. Mereka pintar-pintar, modern, dan gesit kerjanya. Sisanya yang tua-tua. Saya sebagai yang tua menang pengalaman dan jam terbang,. Saya hanya mengorkestrasi mereka. Kerjaan beres semua,” tandasnya. (Yadi)

  • Bagikan