MAMUJU, RAKYATSULBAR.COM — Relawan Stunting Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Gelar deklarasi dan Talk Show bersama para stakeholder, di Taman Karema Mamuju, melalui tema “Mewujudkan Sulbar Zero New Stunting, Bisakah,? Risbar Tegaskan Kerja Kolektif. Minggu(19/3).
Anggota DPRD Sulbar, Risbar Berlian Bachri menegaskan berbicara kebijakan dari atas itu corongnya adalah Pemprov dalam hal ini adalah eksekutif atau dinas kesehatan, pemerintah harus lebih jauh semangat, jauh lebih kritis berbicara kebijakan Stunting di Sulbar ini.
“Kita tahu Kontribusi tertinggi stunting di Sulbar ini adalah pernikahan anak usia dini dan itu sesuai data dari pengadilan pada tahun 2017-2022, angka Stunting semakin meningkat setiap tahun bahkan mencapai ratusan,” ungkap Risbar Berlian Bachri sebagai narasumber.
“Bagi kita ini cukup berbahaya makanya penanganannya harus jauh lebih di teknisi lagi, sebab kita punya perangkat namanya Desa, hal inilah kita coba ramu bagaimana di desa ini jauh lebih hidup untuk memberikan peningkatan informasi penanganan Stunting dan itu perlu kerja kolektif mulai dari Pemprov, Pemda sampai di Desa, ini harus kerja ramai,” sambungnya.
Sementara Ketua Relawan Stunting Sulbar, Harman menyebutkan posisi Sulbar terkait persentase angka stunting yang saat ini masih sangat tinggi.
“Saat ini kita sedang berada di posisi puncak mengalahkan NTT, 35 persen prevalensi stunting di Sulawesi Barat sesuai data Status Gizi Indonesia (SGI) Tahun 2022, dan secara Nasional kita berada di urutan pertama dan, Asia Tenggara kita menempati urutan kedua dan dunia kita berada di urutan ke lima,” sebut Harman.
Meski begitu Herman menganggap stunting solusinya bukan hanya memberikan bantuan berupa makanan tambahan kepada mereka, namun lebih kepada edukasi.
“Fakta lain bukan hanya kalangan masyarakat bawah. Akan tetapi, itu juga bisa kalangan menengah keatas, sehingga tentu membutuhkan kerja sama dan kolaborasi seluruh elemen yang ada,” pungkasnya. (ADV)