Gunting Pita di Masjid Aceh

  • Bagikan

MAMUJU, RAKYATSULBAR.COM — Balutan kain didominasi warna putih berpadukan hijau menjuntai disela-sela tenda yang menghiasi pelataran Masjid di Lingkungan Te’beng, Kelurahan Kasambang, Kabupaten Mamuju, Sulbar, Jumat 10 Maret lalu. Selain beratap tenda model pasang, jejeran kursi sudah mulai terisi untuk tamu dari berbagai kalangan.

Pagi itu rangkaian peresmian masjid hasil bantuan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Aceh siap gunting pita dan penandatanganan Masjid Al-munawarah Aceh. Kurang dari setahun bantuan dari Aceh kini berdiri megah dengan rangka kayu hampir menutupi badan Masjid. Pemerintah pun bertekad akan ikut berpartisipasi menutupi kekurangan yang masih akan dibutuhkan.

“Kami siap membantu, kami tunggu proposalnya dari panitia masjid,” ungkap Bupati Mamuju Hj. Sitti Sutinah Suhardi, saat diwawancara Rakyatsulbar.com usai peresmian.

Pembangunan Masjid Aceh itu merupakan salah satu keistimewaan yang didapat masyarakat setempat. Pemerintah Aceh menggelontorkan anggaran pembangunan Masjid mencapai 1 Milyar lebih yang dikumpulkan pemerintahan Aceh sebagai upaya pemulihan gempa yang melanda Sulbar beberapa tahun silam.

” Kita pusatkan di Tapalang karena banyak rumah ibadah yang rusak,” ungkap Sutinah.

Bencana gempa bumi yang melanda Provinsi Sulbar dan Aceh memang memiliki dampak yang sangat besar terhadap infrastruktur yang dimiliki kedua wilayah ini. Banyak fasilitas umum dan rumah masyarakat luluh lantak akibat bencana. Di Provinsi Aceh yang sejak itu dilanda gempa yang maha dahsyat mengakibatkan ratusan ribu warga meninggal dunia dan infrastruktur hancur seketika.

Begitupun Sulbar yang hampir sebagian besar berada disekitar wilayah pesisir pantai sangat merasakan dampak yang ditimbulkan, hal ini membuat Provinsi dengan sebutan Nanggroe Aceh Darussalam itu memberikan bantuan kepada Mamuju.

“Pemerintah Aceh memutuskan untuk membantu pembangunan Mesjid Al – Munawwarah ini,” ungkap asisten 1 Bidang Pemerintahan dan Keistimewaan Provinsi Aceh, Dr. M. Jafar kepada Rakyatsulbar.com usai peresmian.

Pembangunan mesjid menurut M. Jafar merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah Aceh terhadap wilayah yang terkena dampak gempa bumi seperti Mamuju. Belajar dari sama-sama sebagai daerah terdampak gempa menjadi prioritas pemerintah Aceh menyalurkan bantuan fisik.

“Karena Masjid tempat orang melaksanakan Ibadah yang dapat digunakan dalam jangka panjang dan lebih monumental,” begitu kata M. Jafar.

Berdiri dengan rangka kayu batang kelapa membuat mesjid baru ini mendapat perhatian dari pengunjung yang hadir pada saat itu, tiang-tiang penyangga hampir didominasi kayu asli dengan urat kayu berbintik sesuai ciri kayu batang dengan bahasa latin cocos nucifera ini.

Dosen Institute Tekhnologi Bandung (ITB) yang juga arsitek Masjid Al-munawarah Aceh, Dr. Ing. Andry Widyowijatnoko, mengungkapkan rancangannya hampir didominasi kayu dan bambu, ia menilai kualitas kayu tidak kalah dengan bangunan yang terbuat dari beton dengan kualitas yang buruk akan lebih mudah runtuh.

“Saya memakai kayu karena terbukti secara tradisional dan emperis kuat dan tahan gempa,” ungkap Andry.

Sebagai wilayah pesisir kayu kelapa hampir ditemukan di daerah ini, beberapa jenis bangunan masjid sudah ia selesaikan hampir seluruhnya dari bahan alam yang mudah diperoleh.

“Kami ingin menggunakan material lokal. Di Sulawesi itu yang paling banyak adalah kayu kelapa, namun pemanfaatannya selalu dikirim keluar,” tutur Andry.

Desain bahan kayu memang sudah bukan kali ini saja dikerjakan oleh Andry, ia sudah menuntaskan 2 tempat Ibadah yang pernah dilanda gempa seperti Palu dan Lombok.
(Ayub/Rakyatsulbar.com/A)

  • Bagikan