JAKARTA, RAKYATSULBAR.COM — Jelang Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh pada 21 Februari, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) mengadakan kegiatan peduli sampah bersama para siswa inklusi di SDN Pegadungan 11 Pagi, Jakarta, Senin (20/2).
Bekerja sama dengan Komunitas Pilah Sampah, kegiatan yang bertajuk Penguatan Karakter melalui Aksi Peduli Lingkungan pada Tri Pusat Pendidikan itu, para siswa inklusi atau anak-anak penyandang disabilitas diberikan pengetahuan dan pengalaman dalam mengelola sampah dengan baik.
Kepala Puspeka Kemendikbudristek, Rusprita Putri Utami mengatakan bahwa mengelola sampah yang baik merupakan salah satu upaya dalam menjaga lingkungan. Hal tersebut sekaligus merupakan cerminan nilai-nilai yang tertuang dalam dimensi Profil Pelajar Pancasila.
Sedikitnya, ada tiga nilai dalam dimensi Profil Pelajar Pancasila yang berkaitan dengan pengelolaan sampah. Pertama adalah Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia terutama akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, dan akhlak kepada alam. Kedua, Bergotong-royong yakni kolaborasi dan kepedulian. Ketiga, Kreatif dengan menghasilkan karya serta tindakan original.
“Anak-anak perlu mendapatkan pengetahuan dan pengalaman langsung bagaimana mengelola sampah dengan baik. Sehingga mereka bisa menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam Profil Pelajar Pancasila, yaitu dengan ikut menjaga lingkungan agar tetap bersih dan bebas dari sampah serta membuatnya menjadi sesuatu yang bermanfaat,” ungkap Rusprita.
Sebagaimana diketahui, sampah masih menjadi masalah serius yang perlu digarap oleh banyak pihak, termasuk dunia pendidikan.
“Dalam kegiatan ini, kami juga ingin menciptakan iklim inklusivitas dengan melibatkan anak-anak disabilitas. Para siswa inklusi juga berhak mendapatkan kesempatan belajar yang sama dan terlibat dalam pengelolaan sampah secara berkelanjutan yang dapat memberikan dampak positif terhadap kontribusi upaya penurunan emisi gas dan efek rumah kaca,” imbuhnya.
Peran Orang Tua Menjadi Contoh Praktik Baik
Berdasarkan Grafik Komposisi Sampah Tahun 2022 yang telah dihimpun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sampah rumah tangga menyumbang persentase paling banyak yaitu sebesar 37,6 persen atau hampir dari setengah jumlah sampah di Indonesia. Sampah rumah tangga meliputi sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet, dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun, dan ranting.
Oleh karena itu, kegiatan ini tidak hanya melibatkan siswa inklusi tetapi juga seluruh warga sekolah termasuk orang tua. Harapannya, setelah mengikuti kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran semua pihak bahwa mengelola sampah yang baik adalah tanggung jawab bersama demi keberlangsungan lingkungan hidup yang bersih.
“Kalau di sekolah, tanggung jawabnya bukan hanya oleh petugas kebersihan tapi seluruh warga sekolah ikut bertanggungjawab memastikan lingkungan yang bersih dan bebas dari sampah. Di rumah juga begitu, orang tua diharapkan bisa menjadi role model atau panutan bagi anak,” tutur Rusprita.
Peran orang tua, tegasnya, tentu tidak hanya terbatas pada peran ibu. Ayah juga punya andil besar membangun kesadaran anak akan peran dan tanggung jawab bersama mengelola sampah di rumah.
Nahdya Maulina dari Komunitas Pilah Sampah menjelaskan cara mengelola sampah yang baik yaitu dimulai dengan dipilah, lalu disetorkan ke pihak yang dapat mendaur ulang. Selain itu, setiap orang harus belajar untuk mengurangi produksi sampahnya sendiri.
“Kebiasaan memilah sampah itu harus dimulai dari diri sendiri dan dari rumah. Mudahnya, kita bisa pilah sampah antara organik dan anorganik. Sampah-sampah anorganik seperti botol plastik itu bisa kita berikan ke pemulung atau kita kumpulkan sendiri lalu kita jual. Selain kita bisa mendapatkan keuntungan secara ekonomi, kita juga dapat mengurangi potensi tercemarnya lingkungan ataupun potensi sosial yang dapat merugikan orang lain,” tutur Nadya.
Selaras dengan itu, Kepala SDN Pegadungan 11 Pagi, Yeny Suryani mengungkapkan bahwa sekolahnya telah memiliki program Kamis Cinta Kebersihan (KACIHAN). Program itu mengajak anak-anak untuk terbiasa memilah sampah, bahkan bukan hanya di sekolah melainkan juga di rumah.
“Setiap hari Kamis, anak-anak membawa sampah dari rumah dan dikumpulkan di sekolah. Sampah-sampah itu kemudian kita pilah dan nanti akan ada yang datang dari Dinas Lingkungan Hidup untuk mengambil sampah yang sudah dipilah. Kami juga ada proyek dari kelas 1 sampai 4 untuk pelajaran tema yaitu “Bestie, Sampah Bisa Jadi Uang Loh”. Kita ingin ajarkan anak-anak bahwa mengelola sampah itu baik,” ungkap Kepsek Yeni.
Hal tersebut diamini oleh Sadina Anatasya Permana, siswi kelas 5. Ia mengaku sangat antusias saat mengumpulkan sampah dan memilahnya sesuai kategori organik dan anorganik. “Seru sih, kita jadi terbiasa memilah sampah dan sampahnya ngga kotor lagi,” pungkas Tasya. (*)