Kacang Keledai Dalam Mendukung Ketahanan Pangan, Antar Prof. Aminah Raih Guru Besar ke 59 di UMI

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULBAR.COM – Pidato pengukuhan Prof. Dr. Ir. Aminah, M.P. tentang “Optimalisasi Pengelolaan Air Pada Kacang Kedelai Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Dalam Perspektif Islam”, menghantarkannya menjadi Guru Besar bidang Ilmu Pertanian di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

Dalam paparanya, dia menyampaikan, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia telah mengubah pola konsumsi penduduknya ke arah pola pangan yang lebih beragam dan seimbang kandungan gizinya.

Hal tersebut berimplikas bahan pangan yang diproduksi perlu menyesuaikan dengan tuntutan pasar, sehingga mampu menyediakan aneka ragam bahan pangan untuk memenuhi konsumsi penduduk.

Terkait perubahan pola konsumsi tersebut, kebutuhan protein nabati akan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, urbanisasi dan peningkatan pendapatan.

Kedelai sebagai bahan pangan yang sangat diminati di Indonesia menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung, karena memiliki kandungan protein yang cukup tinggi.

“Namun produksi dalam negeri sampai tahun 2020 (sekitar 613.300 ton) dengan rata-rata produktivitas kedelai nasional sebesar 15,69 kuintal/hektar, tidak mampu mengimbangi kebutuhan nasional sebesar 1-2 juta ton (BPS, 2021) sehingga harus ditempuh dengan cara import,” katanya saat membacakan pidato guru besar di gedung Al-Jibra Makassar, Kamis (10/11/22).

Salah satu cara peningkatan produksi kedelai yaitu peningkatan luas areal panen yang dapat dicapai dengan ekstensifikasi ke areal lahan kering yang keberadaannya sangat luas di Indonesia.

Hal ini bisa tercapai jika pengelolaan air pada lahan tersebut bisa dilaksanakan secara optimal.

Mengingat pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimal dapat dicapai bila air sebagai faktor terpenting dalam pertumbuhan tanaman dapat tersedia dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan tanaman.

“Maka salah satu solusi yang ditawarkan yaitu mencari sistim pengelolaan air yang tepat dalam memenuhi kebutuhan air tanaman kedelai khususnya pada lahan kering guna mendukung keberlanjutan ketersediaan pangan,” terangnya.

Faktor penting yang mendasari pengelolaan air adalah sifat-sifat tanaman terhadap kebutuhan air, jumlah air yang diberikan, cara irigasi dan karakteristik tanah dalam menyimpan air, faktor tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi agroekologi setempat seperti iklim, jenis tanah dan ketersediaan air irigasi.

“Kurangnya informasi dasar tentang kebutuhan air tanaman dalam kondisi tropis adalah salah satu penyebab penggunaan air yang tidak efisien dan pengelolaan irigasi yang tidak memadai,” ungkapnya.

Wanita kelahiran Makassar, 24 Januari 1969 menyebutkan, langkah yang diambil mencerminkan jenis kebijakan yang mungkin sesuai untuk memperbaiki dampak di masa depan dimana saat yang sama, implementasi tindakan tergantung pada kondisi lokal.

Misalnya, di daerah dengan ketimpangan sosial dan ekonomi yang cukup besar dan di mana kelangkaan air tidak menjadi masalah yang mendesak serta kebijakan pengelolaan air harus fokus pada kepastian akses yang adil bagi masyarakat yang kurang beruntung untuk bisa memberikaan manfaat secara ekonomi.

Pengembangan pertanian di lahan kering untuk tanaman pangan perlu didorong dengan berbagai inovasi teknologi, mengingat potensinya yang besar sehingga cukup potensial untuk mendukung usaha pemantapan ketahanan pangan.

“Mengembangkan pertanian lahan kering dataran rendah untuk pangan saat ini dan yang akan datang merupakan pilihan strategis dalam menghadapi tantangan peningkatan produksi pangan untuk mendukung program ketahanan pangan nasional,” bebernya.

Disebutkan, kedelai yang diberikan cekaman air 150 mm/musim (di bawah kebutuhan normal) memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata dengan kedelai yang mendapat air 300 mm/musim (kebutuhan normal) yaitu terjadi penurunan yang sangat nyata baik terhadap komponen pertumbuhan tanaman maupun terhadap komponen produksi.

Demikian halnya dengan pengamatan produksi yang dihasilkan dimana antara metode irigasi dan waktu pemberian air memperlihatkan adanya interaksi, metode irigasi genangan dengan waktu pemberian air saat umur 15 hari dan saat berbunga penuh menghasilkan produksi biji kering kedelai tertinggi yaitu sebesar 4,16 ton/hektar dan berbeda sangat nyata dengan kombinasi perlakuan yang lain.

Seperti dijelaskan di atas, metode genangan merupakan metode yang dianggap mampu mempertahankan kelengasan tanah terutama saat memasuki fase vegetative (umur 15 hari) dan fase generative (umur saat berbunga penuh) yang mana saat itu jumlah air yang diberikan cukup yaitu 229 liter jika dibanding dengan perlakuan lain yang meski diberikan setiap 10 hari dan setiap 15 hari, namun jumlah volume air yang diberikan tidak mencukupi kebutuhan air optimal bagi kedua fase tersebut.

“Ini sejalan dengan hasil penelitian Adisarwanto dan Wudianto (2007), yang mengatakan bila mengalami kekeringan pada stadia vegetatif dan generatif maka produktivitas kedelai dapat turun 40 – 65%,” tuturnya.

Kesimpulan didapatkan, metode pemberian air sistim genangan dengan waktu pemberian air saat umur 15 hari dan saat berbunga penuh berpotensi meningkatkan hasil terbukti dengan meningkatnya hasil semua komponen produksi yaitu jumlah polong 164,95, berat biji pertanaman 37,11 gram dan produksi yaitu 4,16 ton/hektar.

Ini mengisyaratkan, metode genangan lebih efektif mempertahankan kelengasan tanah serta waktu pemberian yang hanya dua kali namun dalam jumlah yang optimal (229 liter setiap kali pemberian) dianggap juga sangat efektif mampu mempertahankan kelengasan tanah bagi tanaman kedelai.

“Pengembangan pertanian di lahan kering untuk tanaman pangan perlu didorong dengan berbagai teknologi, mengingat potensinya yang besar sehingga cukup potensial untuk mendukung usaha pemantapan ketahanan pangan,” terangnya.

Dengan begitu kata dia. Mengembangkan pertanian lahan kering dataran rendah untuk pangan saat ini dan yang akan datang merupakan pilihan strategis dalam menghadapi tantangan peningkatan produksi pangan untuk mendukung program ketahanan pangan nasional.

“Salah satunya dengan metode pengelolaan air dalam hal ini mengatur waktu pemberian air dan metode pemberian air yang efektif dan efesien mampu meningkatkan produksi tanaman,” pungkasnya. (Yadi)

  • Bagikan