Akuntansi Nusantara: Peluang dan Tantangan Penelitian

  • Bagikan

JAKARTA, RAKYATSULBAR.COM — Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) berkolaborasi dengan Forum Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi (FAME) Indonesia menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema “Akuntansi Nusantara: Peluang dan Tantangan Penelitian.

 

Kegiatan yang berlangsung melalui Zoom Meeting dan disiarkan secara live di youtube UNUSIA TV dan TV NU dibuka oleh Dekan FEB Unusia Taufik Hidayadi, S.E,. M.Si. Selain itu juga menghadirkan Ketua FAME Indonesia Prof. Yuliansyah, S.E,. MSA,. Ph.D,. Akt,. CA Guru Besar Universitas Lampung.

 

Taufik Hidayadi menyebutkan, Indonesia memiliki potensi kajian akuntansi nusantara yang sangat luas dan beragam.

 

“Kita mempunya banyak sumber mengenai kajian akuntansi nusantara di masa lampau, mungkin dari zaman kerajaan masa lampau, atau praktik-praktik di masa kolonial,” jelas Dekan FEB Unusia dalam paparannya.

 

Sebelum ada Nahdlatul Ulama ada Nahdlatul Tujjar yaitu perkumpulan saudagar yang bergerak di bidang bisnis, jadi gerakan bisnis tidak lagi asing di kalangan Nahdliyin.

 

Salah satu kajian akuntansi nusantara juga ditulis oleh Kaprodi Akuntansi Unusia soal akuntansi bugis, beber Taufik mencontohkannya kepada peserta Webinar. Beberapa waktu yang lalu saya diskusi dengan BRIN yang akan kerjasama dengan stakeholder di 28 Tiongkok yang akan membuat heritage tentang Laksamana Chenghua kemungkinan akan dikerjasamakan juga dengan rekan-rekan di Fakultas Islam Nusantara Unusia yang pernah dan masih berlangsung riset jalur rempah di Indonesia.

 

Penelitian jalur rempah juga berkaitan dengan aktivitas transaksional, pertukaran barang yang masuk dalam ruang lingkup bisnis.

 

“Tentu ini adalah peluang penelitian yang bisa dieksplor dalam kajian akuntansi nusantara,” tegas mahasiswa Doktoral Universitas Indonesia.

 

“Webinar ini adalah momen yang sangat tepat untuk menggali tema-tema riset yang bersinggungan dengan kearifan lokal yang dekat dengan akuntansi,” pungkasnya, Selasa (15/8/2022).

 

Secara umum akuntansi dikenal sebagai ilmu pasti dan hitung-hitungan, akan tetapi dalam perkembangannya akuntansi juga dikenal sebagai ilmu sosial, jelas Habsyah Fitri Aryani, S.Akt,. M.Ak yang memimpin jalannya Webinar.

 

“Akuntansi akan terus mengalami perubahan tergantung di mana dan oleh siapa yang menerapkannya, jika ada perubahan sosial maka akan terpengaruh terhadap praktik akuntansi,” sambung Sekretaris Prodi Akuntansi.

 

Yuliansyah dalam pengantarannya menyebutkan peluang penelitian akuntansi nusantara banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif, karena banyak banyak berbicara masa lampau.

 

“Saya saat menempuh pendidikan S3 saya di bimbingan oleh Profesor yang meneliti akuntansi masa lampau di Australia sebelum tahun 1900an. “Penelitian kualitatif mengandalkan data primer dengan mengumpulkan sejumlah naskah masa lampau yang berkaitan dengan topik penelitian, termasuk akuntansi nusantara,” beber Guru Besar Unila.

 

Ketua FAME Indonesia mencontohkan tema riset mengenai akuntansi nusantara misalnya bagaimana manajemen kontrol sistem pada zama kerjaan Majapahit dan pada masa kerjaan Islam pertama.

 

Di sela-sela diskusi, salah satu Dosen Akuntansi Unusia menyampaikan pertanyaan bagaimana presentasi penerimaan penelitian akuntansi nusantara pada penerbit jurnal bereputasi seperti emerald atau scopus pada umumnya?.

 

Apalagi di Indonesia memiliki banyak peluang riset akuntansi multidisiplin seperti kajian akuntansi berbasis sejarah, antropologi dan sejarah. Seperti diketahui bahwa di masa lampau Indonesia terdiri dari banyak kerjaan besar, tentu mereka sudah memiliki sistem ekonomi dan praktik akuntansi pada saat itu.

 

Banyak literasi yang menyebutkan bahwa kerjaan masa lampau sudah berinteraksi dalam perdagangan internasional seperti cina dan Negara di Timur Tengah, apakah hal tersebut bisa dijadikan sebagai topik kajian akuntansi nusantara?, tanya Dosen Akuntansi pada Prof. Yuliansyah.

 

Menurut Yuliansyah, Indonesia ini adalah Negara yang unik dan memiliki ruang lingkup penelitian yang sangat luas. Misalnya, dalam penelitian kesehatan, riset dari Indonesia sangat banyak yang lolos dalam jurnal bereputasi di dunia, karena iklim tropisnya, belum lagi bidang pertanian.

 

Indonesia dari segi histori, bahasa, suku dari berbagai macam enjel dan antara satu daerah dengan daerah yang lain memiliki perbedaan yang membuatnya sangat menarik serta mempunyai nilai yang tinggi untuk dipublis di jurnal top dunia.

 

“Namun ada kelemahan yang kita miliki yaitu problem penulisan, karena kecenderungan kita itu lebih mudah menceritakan, sehingga seringkali jika dituang dalam bentuk tulisan kurang mampu dipahami oleh penerbit,” beber Yuliansyah.

 

Oleh karena itu, untuk menutupi kekurangan itu kita harus berkolaborasi dengan orang yang memiliki teknik penulisan yang baik. Makanya, keikutsertaan dalam confidence internasional sangat penting untuk saling mengenal peneliti luar negeri, bukan hanya menerbitkan penelitian dan menjadi presenter.

 

“Saya contohkan, ada teman saya meneliti partisipasi anggaran pada suku asli di Tengger, kemudian ada peneliti dari Inggris tertarik dengan tema tersebut dan mereka berkolaborasi akhirnya tulisannya terbit di salah satu jurnal terbaik akuntansi yang bereputasi” contohnya agar peserta memperbanyak kolaborasi dengan peneliti luar Negeri soal Akuntansi Nusantara.

 

Jangan khawatir Bapak/Ibu yang memiliki penelitian akuntansi histori, langkah tercepat yang bisa kita lakukan agar bisa menerbitkan di jurnal top dunia yaitu berkolaborasi dengan peneliti luar Negeri. Intinya, jika ingin produktif jangan dapat mood dulu baru bekerja, akan tetapi bekerja dulu baru dapat mood, pesan penutup Yuliansyah sembari menyemangati seluruh peserta Webinar.

 

Kegiatan yang diselenggarakan melalui daring itu diikuti oleh lebih dari 250 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Peserta terdiri dari dosen berbagai universitas, mahasiswa, praktisi hingga ASN dari instansi pemerintah seperti Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Webinar berlangsung dari pukul 13.00 s.d 15.00 WIB. (*)

  • Bagikan