Dear Pak Gubernur ASS & Kepala Balai KA Sulsel, Warga Tolak Kereta Jalur At Grade, Bagaimana Ini?

  • Bagikan

MAKASSAR, RAKYATSULBAR.COM – Hingga kini kesepakatan jalur kereta api lintasan Maros – Makassar belum menemui kesepkatakan. Apakah Eleveted (layang) atau At Grade (mengaspal darat).

 

Hingga kini, Pemkot Makassar masih silang pendapat dengan Pemprov Sulsel serta Balai Pengelola Kereta Api Sulawesi Selatan (BPKA) Sulsel.

 

Kendati demikian, ternyata maroritas warga di Makassar mendukung Wali kota Makassar yang ingin pembangunan jalut KA Eleveted (layang).

 

Dukungan itu terlihat saat, puluhan nelayan Tallo memprotes rencana pembangunan jalur rel kereta api at grade (menyentuh tanah) yang melintas dari arah Kabupaten Maros menuju lokasi New Port Makassar.

 

Dalam aksi unjuk rasa di Pantai Mangara Bombang (Marbo), Makassar, Minggu (14/8/2022), nelayan Tallo memprotes keberadaan rel darat ini karena dinilai dapat mengganggu mata pencarian mereka di wilayah pesisir utara Makassar.

 

Menanggapi hal ini, anggota DPRD kota Makassar, Mario David menegaskan, dirinya selaku wakil rakyat sangat mendukung aksi protes dari warga Makassar tersebut kaitan halur KA at grade.

 

“Tentu saya sebagai wakil rakyat sangat mendukung apa menjadi aspirasi masyarakat Makassar. Ini bentuk antisipasi karena jika pembangunan KA at grade, maka resiko sangat besar. Makanya saya juga meolak konsep itu,” teganya, saat diminta tanggapan. Minggu siang.

 

Politisi NasDem ini menegaskan, bahwa tak hanya warga di Kecamatan Tallo yang memprotes jalur KA at Grade. Namun, warga di dapilnya yakni Kecamatan Biringkaya dan Tamalanrea juga memprotes dan menolak.

 

“Hal ini karena berdampak pada keselamatan sosial dan lingkungan di wilayah tersebut. Saya sudah dengar aspiraga warga di dapil saya. Makanya saa wajib kawal,” tuturnya.

 

Sebelumnya, Koordinator aksi nelayan Tallo, Andi Zulkifli, mengatakan sejauh ini belum ada pihak dari Balai Kereta Api maupun Pemprov Sulawesi Selatan yang melakukan dialog bersama, terkait potensi gangguan dan solusi alternatif keberadaan proyek perkeretaapian nasional di wilayahnya.

 

“Pada dasarnya kami tidak menolak adanya rel kereta api, tapi jika dipaksakan relnya landasannya di darat maka akan mengganggu mata pencarian nelayan Tallo, karena jalurnya memotong dari arah Biringkanayya menuju pelabuhan New Port, hal itu memutus jalur para nelayan yang melaut,” ujar Zulkifli.

(Yadi)

  • Bagikan