MAMUJU, RAKYATSULBAR.COM-– – Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Mamuju pada Minggu 12 Juni 2022.
Banjir terjadi, pasca hujan deras mengguyur ibu kota provinsi Sulbar itu selama 3 jam. Kejadian itu menjadi perhatian serius Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Kabupaten Mamuju.
Kepala DTPHP Kabupaten Mamuju Sofyan mengaku, pasca banjir pihaknya langsung mengumpulkan seluruh koordinator penyuluh pertanian untuk membicarakan hal tersebut.
“Bagaimana pengembangan pertanian itu yang ramah lingkungan,” jelas Sofyan, Selasa (14/6)
Penyuluh itu diharapkan intens melakukan penyuluhan ke petani, harapannya, agar para petani saat melakukan pembukaan lahan dapat memperhatikan aspek lingkungan.
“Lahan-lahan yang terlalu miring yang berdampak erosi, tidak bisa lagi melakukan penyimpanan air sebaiknya itu jangan dijadikan lahan pertanian,” paparnya.
Lahan pertanian di Kabupaten Mamuju memang sebagian besar berada di wilayah perbukitan, hal ini harus menjadi perhatian penyuluh agar lahan yang miring tidak digundul.
“Untuk menyampaikan kepada seluruh petani terutama di wilayah Kecamatan Mamuju dan Simboro supaya merubah mindset petani jangan menanam, membuka lahan itu di daerah-daerah yang terlalu terjal, terlalu miring karena ini berdampak erosi dan banjir,” jelasnya.
Kata Sofyan, pengembangan pertanian memang sangat penting dilakukan untuk peningkatan ekonomi masyarakat, namun, penting juga untuk memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan.
“Pertanian memang kita butuhkan peningkatan pendapatan, tetapi membuka lahan itu harus kita perhatikan aspek lingkungannya, petaninya bisa untung tetapi masyarakat yang ada di pesisir itu juga tidak kebanjiran,” kuncinya. (Adv).