MAMUJU, RAKYATSULBAR.COM — Pimpinan Wilayah (PW) Komunitas Aktivis Muda Indonesia (KAMI) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), gelar diskusi publik, Sabtu (19/02/22) di Warkop 89, Karema, Mamuju.
Kegiatan tersebut dengan mengakat tema “Bersama Cegah Radikalisme, Wujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa”, yang telah menghadirkan 3 narasumber, yaitu Sekretaris MUI Sulbar yang juga Kabid Agama, Sosial dan Budaya Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulbar, M Sahlan, Sekretaris Badan Kesbangpol Sulbar, Suardi Mappeabang dan perwakilan Dir Intelkam Polda Sulbar, AKP Yulianus.
Hal itu, Ketua PW KAMI Sulbar, Ashari Rauf, mengatakan bahwa diskusi publik ini bertujuan untuk membangun persepsi dan pandangan yang sama bahwa radikalisme merupakan ancaman di tengah-tengah masyarakat.
“Dan harus diakui paham radikal itu ada. Sehingga kita harus lawan dan cegah secara bersama-sama. Peran kita semua sangatlah besar,” kata Ashari.
Melalui diskusi ini, kata Ashari, akan dapat mencerahkan dan menambah wawasan terkait upaya untuk mencegah paham radikal dan membangun komitmen untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
“Materi yang kita dapat ini juga akan menjadi bahan ke depan untuk menangkal paham-paham radikalisme. Tentu jajaran pengurus KAMI Sulbar bakal terus ikut aktif dalam upaya pencegahan paham-paham radikalisme di Sulbar,” harap Ashari.
Saat menyampaikan materi, Kabid Agama, Sosial dan Budaya Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme Sulbar, M Sahlan mengatakan, sejauh ini pihaknya terus melakukan upaya untuk pencegahan gerakan radikal di Sulawesi Barat, utamanya memberikan literasi terkait bagaimana bijak bermedia sosial.
“Itulah pentingnya saring sebelum sharing agar gerakan radikalisme dan terorisme yang melalui informasi hoaks tidak dicerna mentah-mentah oleh masyarakat. Untuk bisa kita keluar dari paham radikal, kita harus memiliki wawasan kebangsaan yang harus dibungkus dengan literasi keagamaan dan bijak dalaM bermedia sosial,” terangnya.
Sementara itu pula, Sekretaris Badan Kesbangpol Sulbar, Suardi Mappeabang mengatakan, radikalisme dan terorisme kerap terjadi lantaran terletak pada pandangan intrepretasi yang mengundang berbagai reaksi dari sebuah peristiwa terorisme yang memecah persatuan bangsa.
“Biasanya itu karena adanya pandangan berbeda, dan pemikiran yang bisa menciderai kesatuan, merasa paling benar. Mereka ini sengaja memainkan isu keagamaan. Olehnya itu kita tidak boleh terlalu mudah terhasut oleh cara-cara berfikir radikal, apalagi mereka biasanya menggunakan agama sebagai alat untuk melancarkan kegiatannya,” tegasnya.
Demikian pula AKP Yulianus yang mewakili Dir Intelkam Polda Sulbar. Dia mengatakan, pihaknya sangat intens melakukan pencegahan dan pemantauan terhadap potensi-potensi gerakan radikal di Sulawesi Barat.
“Masalah radikalisme benar adanya, gerakan-gerakan seperti ini melakukan kegiatannya secara ekstrim. Kami dari kepolisian terus memantau pergerakan-pergerakan seperti ini agar tidak memberi pengaruh kepada masyarakat di Sulbar,” katanya.
Yulianus mengaku sependapat dengan pandangan bahwa radikalisme atau terorisme sama sekali tidak ada pada agama apapun.
“Saya sependapat bahwa aksi radikalisme dan terorisme tidak ada di agama manapun. Semua agama mengajarkan kasih sayang dan kebaikan. Tapi bahwa radikalisme itu ada, iya. Olehnya kita semua memiliki tugas untuk mencegah dan melawannya secara bersama-sama,” tutupnya.
(*)