MAMUJU, RAKYATSULBAR.COM–Ketua HMI MPO cabang Mamuju, menyayangkan proses pengerjaan Jalan trans Sulawesi tepatnya Desa Takandeang Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, yang diberlakukan sistem buka tutup akibat longsor dari hasil pengerukan bagian sisi jalan.
Alat berat pekerja berupa ekskavator mengikis tebing gunung di sepanjang jalan Takandeang, agar jalan wilayah tersebut tidak terus menerus diterjang longsor, namun proses tersebut justru melahirkan masalah baru seperti antrean panjang dan berjam-jam kendaraan terjadi, jalan dipenuhi lumpur dan licin, tak jarang membuat pengendara roda dua terjatuh, ini menyebab pengguna jalan mengeluh.
Hal itu, Ahyar selaku Ketua HMI MPO menyayangkan sebab keadaan ini sudah hampir setahun, dan menjadi cerita buruk dibeberapa masyarakat daerah lain yang pernah melintas di jalur ini, sangat berdampak pada aktivitas masyarakat, dan pengguna jalan, serta berdampak pada perputaran ekonomi daerah juga.
Ahyar meminta para pihak penanggung jawab untuk melakukan percepatan pemulihan jalan trans Takandeang ini, harusnya mengefisienkan rekayasa lalulintas dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.
Mengingat urgensi pengunaan jalan jalur trans Sulawesi dan kelancaraan aktivitas masyarakat menjadi hal yg harus diperhatikan, ini tidak boleh dibiarkan sudah hampir setahun menjadi momok bagi pengendara yg melintas dijalan trans Sulawesi Mamuju Majene.
Ahyar juga menyayangkan pernyataan salah satu pengawas disalah satu media yang mengatakan macet di Takandeang adalah hukum alam.
“Ini pernyataan seperti anak yang baru umur 5 tahun, yang belum sekolah, pernyataan orang awam ini, pantas jalan ini Tidak pernah tuntas polemiknya, yang mengawasi orang yang tidak tau apa apa.” Kata Ahyar.
Ahyar menambahkan, harusnya yang ditempatkan disini adalah orang memiliki pendidikan di bidang tersebut yang memiliki keahlian di bidang itu. Jangan orang yang belum pernah sekolah. Tutupnya (Musraho)