Hebat,Dua Dosen UMI Kembangkan Nilai Tambah dan Produktivitas Ekonomi Masyarakat Wiringtasi

  • Bagikan
Dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) Prof. Muhammad Hattah Fattah dan Dr. Aminah gelar program pengembangan nilai tambah dan perolehan produktif masyarakat desa Wiringtasi Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.

MAKASSAR,RAKYATSULBAR.COM– Dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) Prof. Muhammad Hattah Fattah dan Dr. Aminah menggelar program pengembangan nilai tambah dan perolehan produktif masyarakat desa Wiringtasi Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang.

Program ini merupakan bentuk akselerasi desa sebab selama ini operasional usaha perikanan budidaya, perikanan tangkap, pengolahan ikan, kerajinan, dan pariwisata di desa tersebut belum berjalan sesuai dengan ekspektasi.

Program pengabdiaan kepada masyarakat ini bertujuan mendinamisasi Sektor Ekonomi Produktif Pedesaan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan November 2021.

Intervensi pembinaan melalui perbaikan pengembangan nilai tambah dan perolehan nilai ekonomi produktif  akan mendorong peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat menjadi Rp. 3.000.000,- per orang per bulan. Kegiatan akan dilaksanakan menjadi bagian dari tiga tahapan yakni Tahap I: Penyusunan Cetak Biru Ekosistem Inovasi Kawasan Perdesaan Binaan; Tahap II: Peningkatan Nilai Tambah dan Perolehan Nilai Ekonomi Produktif; serta Tahap III: Pemeliharaan Status Desa Prioritas Nasional.

Pada tahun ketiga pendapatan rata-rata masyarakat ditargetkan meningkat menjadi Rp. 5.000.000,- per orang per bulan. Pengembangan Ekosistem Inovasi dipusatkan pada pemanfaatan sumberdaya (resources) areal pertambakan seluas 679,70 ha yang meliputi 43,33 persen dari luas areal desa dan menjadi mata pencaharian mayoritas penduduk.

“Perairan Desa Wiringtasi belum dikelola secara optimal dan terintegrasi untuk memproduksi komoditas perikanan ekonomis penting terutama udang windu (Penaeus monodon), udang vaname (Litopenaeus vannamei), rumput laut (Kappaphycus alvarezii), dan ikan bandeng (Chanos chanos),” ujar Prof Hatta Minggu (26/12)

Sejauh ini kata dia, Areal budidaya belum dikelola secara optimal berdasarkan pendekatan Good Aquaculture Practice (GAP). Kondusivitas pasar dan Kebijakan Pemprov Sulawesi Selatan telah menetapkan pengembangan udang windu menjadi program prioritas didorong melalui pendampingan dan edukasi masyarakat.

“Luas kepemilikan garapan tambak 0,4 -7,0 ha per orang dengan status pemilik dan penggarap dengan rentang usia antara 23 – 93 tahun. Pembudidaya melakukan panen selektif dengan interval produksi 3 – 350 kg,” terang Prof Hattah.

Sejalan dengan itu, Dr Aminah mengatakan, pendampingan dan edukasi dilakukan melalui diskusi dan kunjungan lapang untuk mendorong penerapan GAP secara komprehensif. Pemberantasan hama dilakukan oleh pembudidaya menggunakan saponin berkisar 10 – 400 kg.

“Pembinaan dilakukan untuk mengaplikasikan dosis saponin 15 ppm untuk mencapai target produksi 285 kg/ha/MT. Aplikasi probiolizer secara tepat dianjurkan untuk menstimulus perkembangan Phronima suppa (Phronima sp) sebagai pakan alami potensial untuk mendukung ketersediaan pakan udang windu secara berkesinambungan.,” jelasnya.

Dari hasil pengamatan saat ini, sebanyak 99 orang menyatakan belum melihat pengaruh penerapan Probiolizer terhadap ketersediaan pakan alami Phronima.

Sebaliknya, Phronima telah berkembangbiak dengan baik pada tambak 44 orang pembudidaya. Persiapan lahan tambak dengan baik, penerapan GAP secara konsisten, aplikasi Probiolizer kualitas premium untuk penyediaan Phronima secara berkesinambungan, keterpenuhan ketentuan ketertelusuran (tracebility), peningkatan produktivitas tambak, penerapan rantai dingin pada penanganan pasca panen, peningkatan efisiensi usaha secara komprehensif serta kinerja Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) dan dukungan kebijakan pemerintah menjadi unsur penting dalam peningkatan nilai tambah dan perolehan nilai ekonomi produktiv.(*)

  • Bagikan