Napiter Terorisme dan FKPT Sulsel Bersama Mabes Polri Gelar Penyuluhan Penganggulangan Terorisme dan Intoleran di Polda Sulsel

  • Bagikan

MAKASSAR,RAKYATSULBAR.COM–Napi mantan teroris bersama FKPT Sulsel bersama Mabes Polri menjadi Narasumber pada penyuluhan penanggulangan terorisme/radikalisme, dan intoleransi yang berlangsung secara blended, Luring di Aula Mappaoddang Polda Sulsel dan Daring via zoom meeting Rabu,(29/9).

Hadir sebagai narasumber perwakilan Mabes Polri, Napiter Teroris, Kemenag Sulsel, dan FKPT Sulsel. Peserta berasal dari penyuluh agama, Kapolres se Sulsel dan pihak Polda Sulsel.

Ketua Tim Mabes Polri dalam Sambutan pembukaan menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan program prioritas POLRI dan melibatkan berbagai pihak, termasuk Napi Terorisme dari Mabes Polri Ustaz Zainal Anshory yang menjadi salah satu Narasumber.

Sementara itu, Kapolda Sulsel dalam sambutannya diwakili Direktur Pemberdayaan Masyarakat Polda Sulsel mengemukakan kita melaksanakan kegiatan ini diikuti 25 Polres via zoom dan penyuluh agama secara Luring. Kita kedatangan Tim Penyuluhan Mabes Polri. Hal ini dilaksanakan sebab akhir-akhir ini masih sering terjadi tindakan radikalisme/terorisme, termasuk kejadian terakhir pembakaran mimbar masjid Raya Makassar, jelasnya.

Dikatakan keterlibatan semua pihak, akan meminilisir tindakan radikalisme dan terorisme. Tujuan kegiatan ini untuk mencegah meluasnya faham radikalisme, terorisme, dan intoleran. Sinerjitas aparat dan tokoh agama sebagai mitra Polri untuk menciptakan keamanan secara kondusif.

Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama dalam mencegah radikalisme dan terorisme, jelasnya.
Selain itu, tim Mabes Polri juga melakukan kunjungan ke Pesantren di Sulsel, jelasnya.

Kabid Penelitian FKPT Sulsel, Dr.M.Ishaq Shamad yang mewakili Ketua FKPT Sulsel Dr.KH.Muammar Bakry menyampaikan apresiasi atas prakarsa kegiatan hari ini, sebab menjadi salah satu program FKPT Sulsel untuk senantiasa melakukan pencegahan terorisme kepada masyarakat.

Selain itu, berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan oleh FKPT Sulsel juga dipaparkan, termasuk kegiatan internalisasi nilai agama dan budaya di Sekolah untuk menumbuhkan moderasi beragama. Demikian pula kegiatan perempuan sebagai agen perdamaian, dan kegiatan FKPT Sulsel bersama KNPI dan UMI melalui Webinar Nasional serta berbagai kegiatan FKPT lainnya.

Lanjut disampaikan hasil penelitian BNPT/FKPT tahun 2000 tentang Literasi Digital terhadap 500 responden di sejumlah Kabupaten/Kota se Sulsel menunjukkan sumber informasi keagamaan yang terbanyak di akses responden menunjukkan prilaku digital responden dalam mencari informasi keagamaan melalui internet sebanyak 82%, dengan media yang digunakan Youtube 78,3%, FB/Twitter 47,6%, Narasi tulisan/buku 38%, dan melalui sebanyak audio 7%, sebutnya.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih banyak memperoleh informasi keagamaan melalui Medsos daripada langsung dari tokoh agama.

Sementara itu Dr.KH.Kaswad Sartono dari Kanwil Kemenag Sulsel menyampaikan bahwa Bangsa Indonesia memiliki 275 jutaan dan memiliki akar budaya yang berbeda-beda, tetapi tetap NKRI, sistem politik multi partai, tetapi damai.

Keunikan bangsa Indoensia memiliki agama dan kepercayaan yang beragam tetapi menghormati dan bisa bekerjasama dalam perbedaan. Ini adalah talenta Bangsa Indonesia.Telah banyak prestasi diperoleh dalam menata kerukunan umat beragama di Indonesia, sebutnya.

Menteri Agama RI telah mencangkan Tahun 2022 sebagai tahun toleransi umat beragama. Meyakini perbedaan dan keniscayaan, serta menghormati perbedaan, harapnya.

Napiter Terorisme Ustaz Zainal Anshory yang merupakan mantan pentolan JAD sebagai kelompok simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang diprakarsai Aman Abdurrahman pada tahun 2015. JAD sebagai organisasi teroris global. Ia pernah mendukung kelompok yang sudah dikategorikan sebagai kelompok teror. Bahkan ia pernah diangkat sebagai amir dalam kelompok tersebut.

Ia sadar dan menyampaikan bahwa terorisme diawali dengan faham intoleran, kemudian beranjak menjadi radikal, sampai menjadi teroris. Ia sendiri menceritakan bagaimana situasi yang dialaminya saat digembeleng dalam sebuah kajian sebelum menjadi teroris, yang antara lain diajarkan untuk menganggap diri paling benar, dan yang lain salah. Oleh karena itu, ia berharap agar masyarakat saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada di masyarakat, harapnya.(*)

  • Bagikan